Pages

Selasa, 30 Oktober 2012

Obat Analgetik-Antipiretika

OBAT-OBAT ANALGETIKA ANTI INFLAMASI NON STEROID

4.1 Pendahuluan
    4.1.1 Pengertian
Analgetika adalah obat-obat yang dapat mengurangi atau menghilangkan rasa sakit tanpa menghilangkan kesadaran. Analgetika pada umumnya diartikan sebagai suatu obat yang efektif untuk menghilangkan sakit kepala, nyeri otot, nyeri sendi, dan nyeri lainnya. Hampir semua analgetika ternyata memiliki efek anti inflamasi dimana efek anti inflamasi sendiri berguna untuk mengobati radang sendi (artritis remautoid). Jadi analgetika anti inflamasi non steroid adalah obat-obat analgetika yang selain mempunyai efek analgetika juga mempunyai efek anti inflamasi, sehingga obat-obat jenis ini digunakan dalam pengobatan reumatik dan gout.
Obat anti inflamasi non steroid (AINS) merupakan obat yang paling banyak diresepkan dan juga digunakan tanpa resep dari dokter. Obat-obat golongan ini merupakan suatu obat yang heterogen secara kimia. Klasifikasi kimiawi AINS, tidak banyak manfaat kliniknya karena ada AINS dari subgolongan yang sama memiliki sifat yang berbeda, sebaliknya ada obat AINS yang berbeda subgolongan tetapi memiliki sifat yang serupa. Ternyata sebagian besar efek terapi dan efek sampingnya berdasarkan atas penghambatan biosintesis prostaglandin (PG).
Beberapa AINS umumnya bersifat anti-inflamasi, analgesik dan antipiretik. Efek antipiretiknya bari terlihat pada dosis yang lebih besar dari pada efek analgesiknya, dan AINS relatif lebih toksis dari pada antipiretika klasik, maka obat-obat ini hanya digunakan untuk terapi penyakit inflamasi sendi seperti artritis reumatoid, osteo-artritis, spondilitis ankliosa dan penyakit pirai. Respon individual terhadap AINS bisa sangat bervariasi walaupun obatnya tergolong dalam kelas atau derivat kimiawi yang sama. Sehingga kegagalan dengan satu obat bisa dicoba dengan obat sejenis dari derivat kimiawi yang sama. Semua AINS merupakan iritan mukosa lambung walaupun ada perbedaan gradasi antar obat-obat ini.
4.1.2 Patologi
        Adapun penyebab nyeri sendiri yaitu akibat pengeluaran prostaglandin secara berlebihan akibat adanya rangsangan nyeri. Adapun rangsangan nyeri sendiri yaitu :
1.    Fisika , dapat berupa benturan dan menyebabkan bengkak
2.    Kimia, dapat terjadi karena tertetesi HCL dan zat-zat kimia lainnya
3.    Biologi , dapat terjadi karena terinfeksi bakteriataukuman
Nyeri timbul oleh karena aktivasi dan sensitisasi sistem nosiseptif, baik perifer maupun sentral. Dalam keadaan normal, reseptor tersebut tidak aktif. Dalam keadaan patologis, misalnya inflamasi, nosiseptor menjadi sensitive bahkan hipersensitif. Adanya pencederaan jaringan akan membebaskan berbagai jenis mediator inflamasi, seperti prostaglandin, bradikinin, histamin dan sebagainya. Mediator inflamasi dapat mengaktivasi nosiseptor yang menyebabkan munculnya nyeri. AINS mampu menghambat sintesis prostaglandin dan sangat bermanfaat sebagai antinyeri

4.1.3 Mekanisme Kerja
Mekanisme kerja anti-inflamsi non steroid (AINS) berhubungan dengan sistem biosintesis prostaglandin yaitu dengan menghambat enzim siklooksigenase sehingga konversi asam arakhidonat menjadi PGG2 menjadi terganggu. Enzim siklooksigenase terdapat dalam 2 isoform yang disebut COX-1 dan COX-2. Kedua isoform tersebut dikode oleh gen yang berbeda. Secara garis besar COX-1 esensial dalam pemelihraan berbagai fungsi dalam keadaan normal di berbagai jaringan khususnya ginjal, saluran cerna, dan trombosit. Dimukosa lambung aktivitas COX-1 menghasilakan prostasiklin yang bersifat protektif. Siklooksigenase 2 diinduksi berbagi stimulus inflamatoar, termasuk sitokin, endotoksindan growth factors. Teromboksan A2 yang di sintesis trombosit oleh COX-1 menyebabkan agregasi trombosit vasokontriksi dan proliferasi otot polos. Sebaliknya prostasiklin PGL2 yang disintesis oleh COX-2 di endotel malvro vasikuler melawan efek tersebut dan menyebabkan penghambatan agregasi trombosit.

4.2 Evaluasi Obat Analgetik Anti Inflamasi Non Steroid (AINS)
4.2.1 Obat-Obat Analgetik Anti Inflamasi Non Steroid (AINS)
Dibawah ini adalah obat-obat yang tergolong AINS, yaitu :
1.    Asam mefenamat dan Meklofenamat
Asam mefenamat digunakan sebagai analgetika dan anti-inflamasi, asam mefenamat kurang efektif dibandingkan dengan aspirin. Meklofenamat digunakan sebagai obat anti-inflamasi pada reumatoid dan osteoartritis. Asam mefenamat dan meklofenamat merupakan golongan antranilat. Asam mefenamat terikat kuat pada pada protein plasma. Dengan demikian interaksi dengan oabt antikoagulan harus diperhatikan.
 Efek samping terhadap saluran cerna sering timbul misalnya dispepsia, diare sampai diare berdarah dan gejala iritasi terhadap mukosa lambung. Dosis asam mefenamat adalah 2-3 kali 250-500 mg sehari. Sedangakan dosis meklofenamat untuk terapi penyakit sendi adalah 240-400 mg sehari. Karena efek toksisnya di Amerika Serikat obat ini tidak dianjurkan kepada anak dibawah 14 tahun dan ibu hamil dan pemberian tidak melebihi 7 hari.
2.    Diklofenak
Diklofenak merupakan derivat asam fenilasetat.  Absorpsi obat ini melalui saluran cerna berlangsung lengkap dan cepat. Obat ini terikat pada protein plasma 99% dan mengalami efek metabolisma lintas pertama (first-pass) sebesar 40-50%. Walaupun waktu paruh singkat 1-3 jam, dilklofenakl diakumulasi di cairan sinoval yang menjelaskan efek terapi di sendi jauh lebih panjang dari waktu paruh obat tersebut.
Efek samping yang lazim ialah mual, gastritis, eritema kulit dan sakit kepala sama seperti semua AINS, pemakaian obat ini harus berhati-hati pada pasien tukak lambung. Pemakaian selama kehamilan tidak dianjurkan. Dosis orang dewasa 100-150 mg sehari terbagi dua atau tiga dosis.
3.    Ibuprofen
Ibuprofen merupakan derivat asam propionat yang diperkenalkan pertama kali dibanyak negara. Obat ini bersifat analgesik dengan daya efek anti-inflamasi yang tidak terlalu kuat. Efek analgesiknya sama seperti aspirin, sedangkan efek anti-inflamasinya terlihat pada dosis 1200-2400 mg sehari. Absorpsi ibuprofen cepat melalui lambung dan kadar maksimum dalam plasma dicapai dicapai setelah 1-2 jam. 90% ibuprofen terikat dalam protein plasma, ekskresinya berlangsung cepat dan lengkap.
Pemberian bersama warfarin harus waspada dan pada obat anti hipertensi karena dapat mengurangi efek antihipertensi, efek ini mungkin akibat hambatan biosintesis prostaglandin ginjal. Efek samping terhadap saluran cerna lebih ringan dibandingkan dengan aspirin. Ibuprofen tidak dianjurkan diminum wanita hamil dan menyusui. Ibuprofen dijual sebagai obat generik bebas dibeberapa negara yaitu inggris dan amerika karena tidak menimbulkan efek samping serius pada dosis analgesik dan relatif lama dikenal.
4.    Fenbufen
Berbeda dengan AINS lainnya, fenbufen merupakan suatu pro-drug. Jadi fenbufen bersifat inaktif. Zat ini memiliki waktu paruh 10 jam sehingga cukup diberikan 1-2 kali sehari. Absorpsi obat melalui lambung dan kadar puncak metabolit aktif dicapai dalam 7.5 jam. Efek samping obat ini sama seperti AINS lainnya, pemakaian pada pasien tukak lambung harus berhati-hati. Pada gangguan ginjal dosis harus dikurangi. Dosis untuk reumatik sendi adalah 2 kali 300 mg sehari dan dosis pemeliharaan 1 kali 600 mg sebelum tidur.
5.    Indometasin
Merupakan derivat indol-asam asetat. Obat ini sudah dikenal sejak 1963 untuk pengobatan artritis reumatoid dan sejenisnya. Walaupun obat ini efektif tetapi karena toksik maka penggunaan obat ini dibatasi. Indometasin memiliki efek anti-inflamasi sebanding dengan aspirin, serta memiliki efek analgesik perifer maupun sentral. In vitro indometasin menghambat enzim siklooksigenase, seperti kolkisin.
Absorpsi pada pemberian oral cukup baik 92-99%. Indometasin terikat pada protein plasma dan metabolisme terjadi di hati. Di ekskresi melalui urin dan empedu, waktu paruh 2- 4 jam. Efek samping pada dosis terapi yaitu pada saluran cerna berupa nyeri abdomen, diare, perdarahan lambung dan pankreatis. Sakit kepala hebat dialami oleh kira-kira 20-25% pasien dan disertai pusing. Hiperkalemia dapat terjadi akibat penghambatan yang kuat terhadap biosintesis prostaglandin di ginjal.
Karena toksisitasnya tidak dianjurkan pada anak, wanita hamil, gangguan psikiatrik dan pada gangguan lambung. Penggunaanya hanya bila AINS lain kurang berhasil. Dosis lazim indometasin yaitu 2-4 kali 25 mg sehari, untuk mengurangi reumatik di malam hari 50-100 mg sebelum tidur.
6.    Piroksikam dan Meloksikam
Piroksikam merupakan salah satu AINS dengan struktur baru yaitu oksikam, derivat asam enolat. Waktu paruh dalam plasma 45 jam sehingga diberikan sekali sehari. Absorpsi berlangsung cepat di lambung, terikat 99% pada protein plasma. Frekuensi kejadian efek samping dengan piroksikam mencapai 11-46% dan 4-12%. Efek samping adalah gangguan saluran cerna, dan efek lainnya adalah pusing, tinitus, nyeri kepala dan eritema kulit. Piroksikam tidak dianjurkan pada wanita hamil, pasien tukak lambung dan yang sedang minum antikoagulan. Dosis 10-20 mg sehari.
Meloksikam cenderung menghambat COX-2 dari pada COX-1. Efek samping meloksikam terhadap saluran cerna kurang dari piroksikam.
7.    Salisilat 
Asam asetil salisilat yang lebih dikenal dengan asetosal atau aspirin adalah analgesik antipiretik dan anti inflamasi yang sangat luas digunakan. Asam salisilat sangat iritatif, sehingga hanya digunakan sebagai obat luar. Derivatnya yang dapat dipakai secara sistemik adalah ester salisilat dengan substitusi pada gugus hidroksil, misalnya asetosal. Untuk memperoleh efek anti-inflamasi yang baik dalam kadar plasma perlu dipertahankan antara 250-300 mg/ml.
Pada pemberian oral sebagian salisilat diabsorpsi dengan cepat dalam bentuk utuh di lambung. Kadar tertinggi dicapai kira-kira 2 jam setelah pemberian. Setelah diabsorpsi salisilat segera menyebar ke jaringan tubuh dan cairan transeluler sehingga ditemukan dalam cairan sinoval. Efek samping yang paling sering terjadi adalah induksi tukak lambung atau tukak peptik, efek samping lain adalah gangguan fungsi trombosit akibat penghambatan biosintesa tromboksan.
8.    Diflunsial
Obat ini merupakan derivat difluorofenil dari asam salisilat, bersifat analgetik dan anti inflamasi tetapi hampir tidak bersifat antipiretik. Kadar puncak yang dicapai 2-3 jam. 99% diflunsial terikat albumin plasma dan waktu paruh berkisar 8-12 jam. Indikasi untuk nyeri sedang sampai ringan dengan dosis awal 250-500 mg  tipa 8-12 jam. Untuk osteoartritis dosis awal 2 kali 250-500 mg  sehari. Efek samping lebih ringan dari asetosal.
9.    Fenilbutazon dan Oksifenbutazon
Fenilbitazon dan oksifenbutazon merupakan derivat pirazolon. Dengan adanya AINS yang lebih aman, fenilbutazon dan oksifenbutazon tidak lagi dianjurkan digunakan sebagai anti-inflamasi kecuali obat lain tidak efektif.
Derivat pirazolon ini memiliki khasiat antiflogistik yang lebih kuat dari pada kerja analgetiknya jadi golongan ini hanya digunakan sebagai obat rematik. Fenilbutazon dimasukan secara diam-diam dengan maksud untuk mengobati keadaan lesu dan letih, otot-otot lemah dan nyeri.  Efek samping derivat pirazolon dapat menyebabkan agranulositosis, anemia aplastik, dan trombositopenia.
10.    Allopurinol
Allopurinol digunakan untuk menurunkan kadar asam urat di dalam serum dan urin pada penanganan gout primer dan sekunder. Allopurinol bekerja dengan menghambat xanthin oksidase, enzim yang bertugas mengubah hipoxanthine menjadi xanthin kemudian menjadi asam urat. Allopurinol mencegah atau menurunkan endapan asam urat sehingga mencegah gout arthritis. Dengan dosis awal 2 kali sehari 100-300 mg sehari diminum segera setelah makan. Efek samping allopurinol dapat menyebabkan hipersensitfitas, gangguan gastrointestinal, sakit kepala dan megantuk. Maka harus berhat-hati pada pasien yang sedang mengendarai dan mengoperasikan mesin.




4.2.2 Obat-Obat Analgetik Anti Inflamasi Non Steroid yang Dianalisis di BKPM
A.    Piroxicam
1.    Indikasi
Terapi simptomatik rheumatoid artritis, osteoarthritis, ankilosing spondilitis, gangguan muskuloskeletal akut dan gout akut.
2.    Dosis
Dewasa :
a.    Reumatoid artritis, osteoartritis, dan ankilosing spondilitis : dosis awal 20 mg dalam dosis tunggal selama3 hari, karena pemakaian lebih dari 3 hari tidak memberikan kemanfaatan dan efek samping meningkat.
b.    Gout : 40 mg sehari dalam dosis tunggal atau terbagi selama 4-6 hari.
c.    Gangguan muskuloskeletal : 40 mg sehari selama 2 hari dosis tunggal atau terbagi selama, selanjutnya 20 mg sehari selama 7-14 hari.
d.    Dosis untuk anak belum diketahui.
3.    Efek Samping
Keluhan GI, misalnya epigastrik distres, nausea, gangguan abdominal, atau nyeri, konstipasi, diare, dan flatulen.
Kadang-kadang terjadi edma, pusing, sakit kepala, ruam kulit, pruritus, somnelen (mengantuk disertai turunnya kesadaran), penurunan hemoglobin dan hematokrit.
4.    Mekanisme Kerja
Piroksikam adalah anti-inflamasi non steroid yang mempunyai aktifitas anti inflamasi, analgetik, dan antipiretik. Aktifitas kerja piroksikam belum sepenuhnya diketahui, diperkirakan melalui interaksi beberapa tahap respon imun dan inflamasi, antara lain : penghambatan enzim siklo-oksigenase pada biosintesa prostaglandin, penghambatan agregasi netrofil dalam pembuluh darah, penghambatan migrasi polimorfonuklear (PMN) dan monosit ke daerah inflamasi. Metabolisme terjadi dalam hati dan diekskresi melalui urin, 5% dalam bentuk utuh dalam urin dan feses.
5.    Kontraindikasi
a.    Penderita asma yang mempunyai riwayat tukak lambung, perforasi atau perdarahan lambung.
b.    Penderita yang hipersensitif terhadap obat ini.
c.    Penderita bronkopasme, poli hidung, dan angioedema.
6.    Interaksi Obat
Pemberian bersam anti koagulan oral, hidantoin harus berhati-hati dan dimonitor. Aspirin tidak boleh diberikan bersama piroksikam karen akan meningkatkan kadar litium dalam darah.
B.    Asam Mefenamat
1.    Indikasi
Meredakan nyeri ringan sampai sedang sehubungan dengan sakit kepala, sakit gigi, dismenore primer, termasuk nyeri karena trauma, nyeri otot dan nyeri sesudah operasi.
2.    Dosis
Dewasa dan anak-anak >14 tahun :
a.    Dosis awal : 500 mg kemudian dianjurkan 250 mg tiap 6 jam sesuai dengan kebutuhan.
3.    Efek Samping
a.    Sistem pencernaan : mual, muntah, diare dan rasa sakit pada abdominal.
b.    Sistem hematopietik : leukopenia, eosinofilia, trombositopenia, dan agranulositofenia.
c.    Sistem saraf : rasa mengantuk, pusing, penglihatan kabur dan insomnia.
4.    Mekanisme Kerja
Asam mefenamat merupakan kelompok anti inflamasi non steroid, bekerja dengan cara menghambat sintesa prostaglandin dalam jaringan tubuh dengan menghambat enzim siklooksigenase sehingga mempunyai efek analgetik, anti-inflamasi dan antipiretik.


5.    Kontraindikasi
a.    Pasien hipersensitif asam mefenamat.
b.    Penderita tukak lambung dan usus.
c.    Penderita dengan gangguan ginjal yang berat.
6.    Interaksi Obat
Penggunaan bersamaan dengan antikoagulan oral dapat memperpanjang “prothrombin”.
7.    Peringatan dan Perhatian
a.    Sebaiknya diminum sesudah makan.
b.    Hati-hati digunakan pada wanita hamil dan menyusui.
c.    Keamanan pengguanaan pada anak-anak dibawah 14 tahun.

C.    Allopurinol
1.    Indikasi
a.    Hipeurisima primer : gout.
b.    Hipeurisima sekunder : mencegah pengendapan asam urat dan kalsium oksalat.
2.    Dosis
Dewasa :
a.    Dosis awal : 100-300 mg sehari.
b.    Dosis pemeliharaan : 200-600 mg sehari.
c.    Dosis tunggal maksimum : 300 mg.
d.    Untuk kondisi ringan : 2-10 mg/kg BB sehari atau 100-200 mg sehari.
e.    Kondisi sedang : 300-600 mg sehari.
f.    Kondisi berat : 700-900 mg sehari.
Anak-anak : 10-20 mg/kg BB sehari atau 100-400 mg sehari.
3.    Efek Samping
a.    Gejala hipersensitifitas seperti ekspoliatif, demam, eosinolia.
b.    Reaksi kulit : pruritis makulopapular.
c.    Gangguan gastrointestinal, mual, diare.
d.    Sakit kepala, vertigo, mengantuk, gangguan mata dan rasa.
e.    Gangguan darah : leukopenia, trombositopenia, anemia aplastik dan anemia hemolitik.
4.    Mekanisme kerja
Allopurinol dan metabolitnya oxipurinol (alloxanthine) dapat menurunkan produksi asam urat dengan menghambat xantin-oksidase yaitu enzim yang dapat mengubah hipoxantin menjadi xantin dan mengubah xantin menjadi asam urat. Dengan menurunkan konsentrasi asam urat dalam darah dan urin, allopurinol mencegah atu menurunkan endapan urat sehingga mencegah terjadinya gout arthritis.


5.    Kontraindikasi
a.    Penderita yang hipersensitif tehadap allopurinol
b.    Keadaan serangan akut gout
D.    Natrium Diklofenak
1.    Indikasi
Pengobatan akut dan kronis gejala-gejala reumatoid artritis, osteoartritis dan ankilosing spondilitis.
2.    Dosis dan Cara Pemakaian
a.    Osteoartritis : 2-3 kali sehari 50 mg atau 2 kali sehari 75 mg
b.    Reumatoid artritis : 3-4 kali sehari atau 2 kali sehari 75 mg
c.    Ankilosing spondilitis : 4 kali sehari 25 mg saat akan tidur.
Tablet harus ditelan utuh dengan air, sebelum makan.
3.    Efek Samping
a.    Efek samping yang umum terjadi seperti nyeri/kram perut, sakit kepala, retensi cairan, diare, nausea, kontipasi, flatulen, tukak lambung, pusing, ruam, dan pruritus.
b.    Peninggian enzim-enzim aminotransferase.
c.    Dalam kasus terbatas gangguan hematologi (trombositopenia, anemia, agranulositosis).

4.    Mekanisme Kerja
Diklofenak adalah golongan obat non steroid dengan aktivitas anti-inflamasi, analgesik dan antipiretik. Aktivitas diklofenak dengan jalan menghambat enzim siklooksigenase sehingga pembentukan prostaglandin terhambat.
5.    Kontraindikasi
a.    Penderita yang hipersensitif terhadap diklofenak.
b.    Penderita tukak lambung
6.    Peringatan dan Perhatian
a.    Hati-hati pada penderita dekomposisi jantung dan hipertensi.
b.    Pada penderita fungsi hati, ginjal, dan jantung.
c.    Hati-hati pada selama kehamilan karena dapat menembus plasenata.
d.    Tidak dianjurkan pada ibu menyusui karena diklofenak diekskresi melalui ASI.

E.    Ibuprofen
1.    Indikasi
Meringankan nyeri ringan sampai sedang antara lain nyeri pada nyeri haid (dismenorhoe primer), nyeri pada sakit gigi, sakit kepala dan menurunkan demam.
2.    Dosis
Dewasa danhun  diatas 12 tahun : 1-2 tablet 3 kali sehari.
Anak-anak 6-12 tahun : ½-1 tablet 3 kali sehari.
Diminum sesudah makan atau menurut petunjuk dokter.
3.    Efek Samping
a.    Gangguan saluran cerna termasuk mual, muntah, nyeri lambung, diare, konstipasi, dan pendarahan lambung.
b.    Juga pernah dilaporkan kemerahan pada kulit, trombositopenia.
c.    Penurunan ketajaman penglihatan dan kesulitan membedakan warna dapat terjadi.
4.    Mekanisme Kerja
Ibuprofen adalah golongan obat anti inflamasi non-steroid yang merupakan turunan dari asam propionat yang berkhasiat anti-inflamasi, analgetik, dan antipiretika. Serta bekerja menghambat sintesis prostaglandin.
5.    Kontraindikasi
a.    Penderita dengan riwayat hipersensitif terhadap ibuprofen.
b.    Penderita dengan ulkus peptikum yang berat dan aktif.
c.    Kehamilan tiga bulan terakhir.
6.    Peringatan dan Perhatian
a.    Tidak boleh melebihi dosis yang dianjurkan.
b.    Sebelum menggunakan obat ini agar dikonsultasikan terlebih dahulu kepada dokter.


4.2.1 Tabel Analgetik Anti Inflamasi Non Steroid
No   
Nama Obat   
Dosis   
Bentuk Sediaan   
Pabrik
1    Piroksikam    10 mg    Tablet    Balatif
2    Asam Mefenamat    250 mg    Tablet    Indofarma
3    Allopurinol     100 mg    Tablet    Novapharin
4    Natrium Diklofenak    25 mg    Tablet    Kimia Farma
5    Ibuprofen     200 mg    Tablet    Balatif

4.2.2    Tabel Penggunaan Obat Analgetik Anti Inflamasi Non Steroid Bulan Januari 2012
No    Nama Obat    Banyak Obat Yang Keluar    Persentase
1    Piroksikam    280    18,59%
2    Asam Mefenamat    409    27,15%
3    Allopurinol    517    34,32%
4    Natrium Diklofenak    300    19,92%
5    Ibuprofen    0    0%
Jumlah    1506    100%




4.2.3GrafikPenggunaanObatAnalgetik Anti Inflamasi Non Steroid


4.3 Pembahasan
Dari data tersebut kita bisa mengetahui bahwa obat Analgetik Anti Inflamasi Non Steroid di BKPM  yang mendapat ranking pertama sampai terakhir yaitu :
1.    Allopurinol dengan pengeluaran selama satu bulan sebanyak 517 tab dan persentasenya mencapai 34,32%
2.    Asam Mefenamat dengan pengeluaran selama satu bulan sebanyak 409 tab dan persentasenya mencapai 27,15%
3.    Natrium diklofenak dengan pengeluaran selama satu bulan sebanyak 300 tab dan persentasenya mencapai 19,92%
4.    Piroxicam dengan pengeluaran satu bulan sebanyak 280 tab dan persentasenya mencapai 18,59%
5.    Ibuprofen dengan pengeluaran selama satu bulan sebanyak 0 tab dan persentasenya mencapai 0%
Dengan demikian obat Analgetik Anti Inflamasi Non Steroid yang paling banyak keluar adalah Allopurinol. Secara farmkologi Allopurinol termasuk golongan Analgetik Anti Inflamsi Non Steroid yang bekerja dengan jalan menghambat xantin oksidase sehingga kadar asam urat didalam darah menurun, dengan efek samping obat yaitu gejala hipersensitifitas, gangguan gastrointestinal, sakit kepala. Allopurinol efektif untuk pengobatan gout dan pirai.
  Secara umum kelima obat tersebut memiliki aktifitas anti inflamasi, analgetik dan antipiretik serta menghambat biosintesa prostaglandin kecuali allopurinol yaitu menghambat xantin oksidase.  Akan tetapi di BKPM banyak pasien yang mengeluh dengan penyakit pirai. Allopurinol lebih aman digunakan karena efeksampingnya tidak berbahaya. Selain itu allopurinol lebih ekonomis.
Sedangkan pada Asam mefenamat, obat ini digunakan untuk mengurangi  nyeri ringan sampai sedang  seperti nyeri pada sakit gigi, dismenorrhoe, sakit kepala dan juga bisa untuk reumatoid dan osteoartritis. Selain penyakit pirai di BKPM juga banyak pasien yang mengeluh nyeri ringan sampai sedang, maka dokter menggunakan asam mefenamat karena efek samping yang lebih aman yaitu berupa gangguan saluran cerna, maka asam mefenamat efektif diminum sesudah makan. Dosisi asam mefenamat yang efektif untuk nyeri ringan sampai sedang antara 200-500 mg sehari . 
Selain itu piroxicam juga digunakan untuk terapi simptomatik reumatoid artritis, osteoartritis, ankilosing spondilitis dan digunakan juga untuk gout. Efek samping obat berupa gangguan saluran cerna. Piroxicam tidak boleh diberikan pada pasien tukak lambung karena akan lebih mengiritasi lambung karena piroxicam cenderung COX-1. Dosis yang diberikan 10-20 mg sehari. Sedangkan untuk natrium diklofenak sama seperti piroxicam yaitu digunakan pada pasien yang menderita reumatoid artritis, osteoartritis, dan ankilosing spondilitis dengan dosis yang tepat 100-150 mg sehari. Efek samping yang terjadi sama seperti semua AINS lainnya yaitu berupa mual, gastritis, eritema dan sakit kapala. Selain itu alasan ibuprofen tidak keluar adalah karena dokter memberikan obat yang lain dengan khasiat yang sama seperti parasetamol karena efek sampingnya lebih aman. Ibuprofen digunakan untuk meringankan nyeri ringan sampai sedang seperti sakit gigi dan sakit kepala, efek samping yang terjadi dapat berupa gangguan saluran cerna termasuk mual mual, muntah, diare, konstipasi samapai pendarahan lambung.
Di BKPM selain banyak pasien yang menderita penyakit pirai juga banyak pasien yang menderita nyeri sedang seperti sakit gigi, sakit kepala, dismenorrhoe. Serta terdapat pula pasien yang menderita reumatoid artritis, osteoartritis dan ankilosing spondilitis. Maka penyakit yang efektif untuk penyakit pirainya menggunakan allopurinol dan untuk reumatoid, osteoartritis, banyak menggunakan natrium diklofenak daripada piroxicam karena lebih efektif dan efek samping yang terjadi lebih aman. Sedangkan untuk nyeri di BKPM lebih banyak menggunakan asam mefenamat.

KOREA 200 POUND bEAUTY


Kemoterapeutika

KEMOTERAPEUTIKA


Pengertian 
    Kemoterapi adalah obat atau zat yang berasal dari bahan kimia yang dapat memberantas dan menyembuhan penyakit atau infeksi yang disebabkan oleh bakteri, virus, amoeba, fungi, protozoa, cacing dan sebagainya tanpa merusak jaringan tubuh manusia. Berdasarkan khasiatnya terhadap hama / bakteri, kemoterapi dibedakan atas :

Bakterisida yaitu obat yang pada dosis lazim berkhasiat untuk mematikan hama, contoh : fenol, iodium, sublimat.

Bakteriostatika yaitu obat yang pada dosis lazim berkhasiat menghentikan pertumbuhan dan pembiakan bakteri, sedang pemusnahan selanjutnya dilakukan oleh tubuh sendiri secara fagositosis (kuman dilarutkan oleh leukosit atau sel-sel daya tangkis tubuh lainnya),contohnya antibiotika spektrum sempit.

Yang termasuk kelompok kemoterapi adalah :
    a.    Antibiotika
    b.    Sulfonamida
    c.    Anti Parasitik.
    d.    Anti virus
    e.    Anti neoplastika (sitostatika)
    f.    Lain-lain
    -    Anti TBC
    -    Anti Lepra


A.     Antibiotika
   
    Antibiotika berasal dari bahasa latin yang terdiri dari kata anti = lawan, bios = hidup. Adalah zat-zat yang dihasilkan oleh mikroba terutama fungi dan bakteri tanah, yang dapat menghambat pertumbuhan atau membasmi mikroba jenis lain, sedang toksisitasnya terhadap manusia relatif kecil.
    Antibiotik pertama kali ditemukan oleh sarjana Inggris dr. Alexander Fleming (Penisilin) pada tahun 1928. Tetapi penemuan ini baru dikembangkan dan digunakan dalam terapi di tahun 1941 oleh dr. Florey.     Kemudian banyak zat  dengan khasiat antibiotik diisolir oleh penyelidik-penyelidik lain diseluruh dunia, namun toksisitasnya hanya beberapa saja yang dapat digunakan sebagai obat.    Antibiotik juga dapat dibuat secara sintetis, atau semi sintetis.
    Aktivitas antibiotik umumnya dinyatakan dalam satuan berat (mg) kecuali yang belum sempurna permurniannya dan terdiri dari campuran beberapa macam zat, atau karena belum diketahui struktur kimianya, aktivitasnya dinyatakan dalam satuan internasional = Internasional Unit (IU). Dibidang peternakan antibiotik sering dimanfaatkan sebagai zat gizi tambahan untuk mempercepat pertumbuhan ayam negeri potong.


Efek samping
    Penggunaan antibiotika tanpa resep dokter atau dengan dosis yang tidak tepat dapat menggagalkan pengobatan dan menimbulkan bahaya-bahaya lain seperti:

1.     Sensitasi / hipersensitif
Banyak obat setelah digunakan secara lokal dapat mengakibatkan kepekaan yang berlebihan, kalau obat yang sama kemudian diberikan secara oral atau suntikan maka ada kemungkinan  terjadi reaksi hipersentitiv atau allergi seperti gatal-gatal kulit kemerah-merahan, bentol-bentol atau lebih hebat lagi dapat terjadi syok, contohnya Penisilin dan Kloramfenikol. Guna mencegah bahaya ini maka sebaiknya salep-salep menggunakan antibiotika yang tidak akan diberikan secara sistemis (oral dan suntikan).

2.     Resistensi
Bakteri menjadi kebal terhadap suatu oba. Untuk mencegah resistensi, dianjurkan menggunakan kemoterapi dengan dosis yang tepat atau dengan menggunakan kombinasi obat.

3.     Super infeksi
Yaitu infeksi sekunder yang timbul selama pengobatan dimana sifat dan penyebab infeksi berbeda dengan penyebab infeksi yang pertama. Supra infeksi terutama terjadi pada penggunaan antibiotika broad spektrum yang dapat mengganggu keseimbangan antara bakteri di dalam usus saluran pernafasan dan urogenital.

Penggolongan antibiotik berdasar aktivitasnya

Berdasarkan luas aktivitas kerjanya antibiotika dapat digolongkan atas :
1.     Zat-zat dengan aktivitas sempit (narrow  spektrum)
Zat yang aktif terutama terhadap satu atau beberapa jenis bakteri saja (bakteri gram positif atau bakteri gram negatif saja). Contohnya eritromisin, kanamisin, klindamisin (hanya terhadap bakteri gram positif), streptomisin, gentamisin (hanya terhadap bakteri gram negatif saja)

2.    Zat-zat dengan aktivitas luas (broad spectrum)
Zat yang berkhasiat terhadap semua jenis bakteri baik jenis bakteri gram positif maupun gram negatif.  Contohnya   ampisilin, sefalosporin, dan kloramfenicol.

Kelompok antibiotika
Antibiotika yang akan dibicarakan adalah:
1.    Golongan Penisilin
2.    Golongan Sefalosforin
3.    Golongan Aminoglikosida
4.    Golongan Kloramfenikol
5.    Golongan Tetrasiklin
6.    Golongan Makrolida
7.    Golongan Rifampisin dan Asam Fusidat
8.    Golongan Lain - Lain

Spesialite :    
1. Golongan Penicillin (golongan beta laktam)
NO.    NAMA GENERIK
& LATIN    NAMA DAGANG    SEDIAAN     PABRIK
1.    Benzyl Penicillin    Procaine Penicillin-G
    Vial 20 ml : 3.000.000 unit    Meiji
2.    Penisilin V
( Phenoxymethyl Penicillin )    Fenocin
Ospen    125 mg / tablet
250 mg / tablet,
250 mg / 5mlsyr.    Dumex Alph.
Biochemie / KF


3.    Ampisilin
    Penbritin





Kalpicillin


Omnipen


    100mg;250 mg;500 mg;
1g/ vial
250 mg, 500 mg / kapsul
125mg/5mlsyr.,250ml/5ml syr.Forte,125mg/ tab.ped.

500 mg / kaplet ;
250 mg, 500 mg, 1 g/vial

250 mg, 500 mg / kapsul ;
125 mg / 5ml syr. ;
250 mg / 5ml syr. Forte
    Beecham





Kalbe Farma


Wyeth



3.    Ampisilin
    Viccillin

    250 mg, 500 mg, 1g / vial ;
250 mg, 500 mg/ kapsul ;
125 mg / 5ml syr.;
250 mg / 5ml syr. forte
    Meiji

4.    Amoksisilin    Amoxil




    250 mg,500mg/kapsul ;
250 mg, 1g/tablet; 125mg/5ml syr.;
250 mg/5mlsyr Forte ;
125 mg/1,25 ml drops;
500 mg, 1 g / vial injeksi
    Beecham


        Topcillin




Ospamox    250mg/kapsul;
500mg,1g kaplet;
125 mg / 5ml syr.
250mg/5mlsyr. Forte

125 mg, 250 mg / 5ml syr.;
100mg/mldrops; 250mg/kapsul;
500 mg, 750 mg, 1g/ tablet    Dankos




Biochemie


NO.    NAMA GENERIK
& LATIN    NAMA DAGANG    SEDIAAN     PABRIK
5.    Co-amoxyclav
(Amoksisilin + As.clavulanat )    Augmentin
Clavamox    Per tablet :
Amoxycillin 250mg(500mg)
As.clavulanat 125mg(125mg)
Tiap 5ml syr./ syrop forte :
Amoxycillin 250mg(500mg)
As.clavulanat 31,25mg
 (62,5 mg )
Tiap vial injeksi :
Amoxycillin 500mg(1g)
As.clavulanat 100mg(200mg)
    Beecham
Kalbe Farma




6.    Sultamicillin
( Ampicillin +  Sulbactam )    Unasyn    Per tablet :
Ampicillin 220 mg
sulbaktam 147 mg
    Pfizer
7.    Kloksasilin
    Ikaclox



Meixam    250 mg, 500 mg / kapsul
125mg/5mlsyr.;
250mg,500mg/vial

250 mg, 500 mg / kapsul
250 mg, 500 mg, 1g / vial
    Ika Pharmindo



Meiji

2.     Golongan Sefalosporin  (golongan beta laktam)
NO.    NAMA GENERIK
& LATIN
    NAMA DAGANG    SEDIAAN    PABRIK
1.    Sefadroksil    Duricef




Cefat    125mg/ 5ml suspensi;
250 mg / 5ml susp. Forte;
250 mg, 500mg / kapsul
1g / kaplet

250 mg, 500 mg / kapsul    Bristol - Myers Squib



Sanbe Farma

2.    Sefotaksim    Claforan
    0,5g, 1g, 2g / vial    Hoechst
3.    Sefaleksin
    Tepaxin    250 mg / kapsul    Takeda

4    Sefriakson    Rocephin    250 mg, 500 mg, 1g / vial
    Roche
5.    Sefradin
    Velosef    250 mg, 500 mg / kapsul;
1000 mg / tablet;
500mg, 1g / vial ;
125 mg / 5 ml suspensi ;
25 0 mg / 5 ml susp.forte
    Bristol-Myers Squib
6.    Sefuroksim    Zinnat    1g / vial
    Glaxo-Wellcome




3.     Golongan Aminoglikosida
NO.    NAMA GENERIK
& LATIN    NAMA DAGANG    SEDIAAN    PABRIK
1.    Gentamisin Sulfat
    Garamycin    20mg, 80mg, 120 mg / vial 2 ml
60mg/1,5 ml ampul
    Schering
2.    Amikasin

    Amikin    200mg, 500mg, 1g / vial    B-M-S

3.    Kanamisin Sulfat
    Kanamycin Meiji    500mg, 1g, 2g / vial
250 mg / kapsul    Meiji


4.    Neomisin Sulfat
    Neobiotic    250 mg / tablet    Bernofarm

5.    Streptomosin
    Streptomycin Meiji    1g, 1,5g, 5g / vial    Meiji

6.    Framisetin
    Sofra-Tulle
Daryant-Tulle
    Kassa pembalut steril    Darya Varia

4.     Golongan Kloramfenikol
NO.    NAMA GENERIK
& LATIN    NAMA DAGANG    SEDIAAN    PABRIK
1.    Kloramfenikol

    Colme
Chloramex
Enkacetyn
Kalmicetin
    250 mg /kapsul
125 mg / 5 ml syr.    Interbat
Dumex Alpharma
Kimia Farma
Kalbe Farma
2.    Tiamfenikol

    Urfamycin
Thiamycin
Thiambiotic
    250 mg, 500 mg / kapsul
100 mg / 5 ml syrup
    Zambon
Interbat
Prafa

5.    Golongan Tetrasiklin
NO.    NAMA GENERIK
& LATIN    NAMA DAGANG    SEDIAAN    PABRIK
1.    Tetrasiklin
    Dumocycline
Supertetra
Tetrin
    250 mg / kapsul    Dumex Alph.
Darya-Varia
Interbat
2.    Doksisiklin
    Vibramycin
Dumoxin    50 mg, 100 mg/kapsul
100mg, 150 mg / tablet
    Pfizer
Dumex Alph.
3.    Minosiklin HCl
    Minocin    50mg, 100 mg / kapsul
50 mg / 5ml syr.
    Lederle

4.    Oksitetrasiklin HCl
    Oxytetracycline Indo Farma
Terramycin    Salep Mata

Kapsul 250 mg, vial    Indo Farma

Pfizer




6.     Golongan Makrolida
NO.    NAMA GENERIK
& LATIN    NAMA DAGANG    SEDIAAN    PABRIK
1.    Eritromisin
    Erythrocin


Kalthrocin
Pharothrocin    250 mg / kapsul;
250 mg (500mg)/tablet(forte)
200 mg / tablet kunyah;
200mg/ 5ml suspensi
250 mg / 5ml susp.forte
100 mg/ 2,5ml drops    Abbot


Kalbe Farma
Pharos


2.    Spiramisin
    Rovamycin
Spiradan    500 mg / tablet
250 mg / tablet pediatric
125 mg / 5 ml syr.
    Rhone P.
Dankos
3.    Roxithromycin    Rulid    150 mg, 300 mg / tablet
100 mg / tablet pediatric
    Hoechst
4    Azithromycin    Zithromax

Zycin    250 mg, 500 mg /tablet
200 mg / 5 ml suspensi
250 mg / kapsul    Pfizer

Interbat


7.     Golongan Quinolon
NO.    NAMA GENERIK
& LATIN    NAMA DAGANG    SEDIAAN    PABRIK
1.    Ciprofloxacin    Ciproxin




Baquinor    100mg/50ml, 1200mg/100ml
/ infus i.v.
100mg, 250mg, 500mg, 750mg  / tablet

250mg(500mg)/tab. (forte)
    Bayer




Sanbe Farma
2.    Nalidixic Acid    Negram
    500 mg / tablet    Sanofi
3.    Ofloxacin    Tarivid    200 mg, 400 mg / tablet
2 mg / ml vial    Kalbe / Daiichi

8.     Golongan Lain - Lain
NO.    NAMA GENERIK
& LATIN    NAMA DAGANG    SEDIAAN    PABRIK
1.    Klindamisin Hidroklorida
    Dalacin C
Niladacin
Lando    150 mg, 300mg / kapsul;
75 mg / 5 ml granul;
150 mg / 2 ml ampul
    Up John
Nicholas
Pyridam
2.    Kolistin Sulfat
    Colistine    250.000 IU, 1.500.000 IU/ tablet
    Dumex Alpharma
3.    Metronidazol
    Elyzol
Flagyl i.v
Nidazole    500 mg / tablet
5 mg / ml infusa    Dumex
Rhone Povlenc
Kalbe Farma



NO.    NAMA GENERIK
& LATIN    NAMA DAGANG    SEDIAAN    PABRIK
4.    Lincomycin    Lincocin

    250 mg, 500mg / kapsul
250 mg / 5ml syr.
300 mg / ml vial    Up John



5.    Tinidazole    Fasigyn
Flatin    500 mg / tablet    Pfizer
Prafa

6.    Rifampicin    Kalrifam    150mg, 300mg, 450mg, 600 mg / kapsul
    Kalbe Farma

       
B.     Sulfonamida

    Sulfonamida merupakan kelompok kemoterapi dengan rumus dasar :
H2N – C6H4 – SO2NH R
Adalah anti mikroba yang digunakan secara sistemis maupun topikal untuk beberapa penyakit infeksi.
    Sebelum ditemukan antibiotik, sulfa merupakan kemoterapi yang utama, tetapi kemudian penggunaannya terdesak oleh antibiotik. Pertengahan tahun 1970 penemuan preparat kombinasi trimetoprim dan sulfametoksazol meningkatkan kembali penggunaan sulfonamida. Selain sebagai kemoterapi derivat sulfonamida juga berguna sebagai diuretik dan anti diabetik oral (ADO).
    Sulfa bersifat bakteriostatik luas terhadap banyak bakteri gram positif dan negatif. Mekanisme kerjanya berdasarkan antagonisme  saingan antara PABA (Para Amino Benzoic Acid) yang rumus dasarnya mirip dengan rumus dasar sulfa :
H2N – C6H4 - COOH

Efek samping
    Efek samping yang terpenting adalah kerusakan pada sel-sel darah yang berupa agranulositosis, anemia aplastis dan hemolitik. Efek samping yang lain ialah reaksi alergi dan gangguan pada saluran kemih dengan terjadinya kristal uria yaitu menghablurnya sulfa di dalam tubuli ginjal. Untuk menghindari terjadinya kristal uria, pada pengobatan dengan  sulfa perlu :
•    penambahan Na- bicarbonat untuk melarutkan senyawa yang mengkristal.
•    minum air yang banyak  (minimum 1,5 liter / hari)
•    dengan membuat preparat kombinasi (trisufa) yang terdiri dari sulfadiazin,  sulfamerazin, sulfamezatin.

Spesialite :
NO.    NAMA GENERIK
& LATIN    NAMA DAGANG    SEDIAAN    PABRIK
1.


    Sulfadiazin + Sulfamerazin + Sulfamezatin

   
Trisulfa

   
aaa  500 mg / tablet

   
Kimia Farma
Indofarma




NO.    NAMA GENERIK
& LATIN    NAMA DAGANG    SEDIAAN    PABRIK
2.

    Sulfasetamida Natrium

    Albucid

    Tetes mata 10 %,
Salep mata  6 %    Nicholas

3.    Kotrimoksazol
(Trimetoprim + Sulfametoksazol)    Bactrim








Bactricid    Per tablet Pediatric :
TMP 20 mg, SMZ 100 mg
Per tablet Adult :
TMP 80 mg, SMZ 400 mg
Per tablet Forte :
TMP 160 mg,SMZ 800 mg
Syrup : TMP : 40 mg /5ml,
            SMZ : 200 mg /5ml

Per tablet : 
TMP 80 mg,SMZ 400 mg
Per tablet Pediatric :
TMP 20 mg,SMZ 100 mg
Per capsul :
TMP 160 mg,SMZ 800 mg    Roche








Soho


C.      Antiparasitik

Antiparasitik  adalah obat – obat yang digunakan untuk membunuh penyakit yang disebabkan oleh parasit.     Anti parasit dibagi menjadi empat  yaitu :
1.    Antimalaria
2.    Antiamuba
3.    Anticacing
4.    Antifungi

1.     Antimalaria
        Antimalaria adalah obat-obat yang digunakan untuk mencegah dan mengobati penyakit yang disebabkan oleh parasit bersel tunggal (protozoa) yang ditularkan melalui gigitan nyamuk anopheles betina yang menggigit pada malam hari dengan posisi menjungkit.
Ciri-ciri penyakit malaria adalah demam berkala disertai menggigil, nyeri kepala dan nyeri otot, hati membesar  sehingga timbul rasa mual dan muntah, anemia.

Penggolongan obat antimalaria :
a)     Obat-obat pencegah / profilaktik
b)     Obat-obat penyembuh / pencegah demam = kurativum
c)     Obat-obat pencegah kambuh
d)     Obat – obat pembunuh gametosid






Spesialite :
NO.    NAMA GENERIK
& LATIN    NAMA DAGANG    SEDIAAN    PABRIK
1.
    Sulfadoksin + Pyrimetamin    Fansidar
Suldox    Per tablet :
Sulfadoxine 500 mg
Pyrimethamine 250 mg
    Roche
Dumex
2.    Klorokuin
    Resochin
Nivaquine

Mexaquin    250 mg / tablet
100 mg, 300 mg / tablet
5 mg/ml syr.
250 mg/ tablet    Bayer
Rhone P.

Konimex

3.    Kuinin Sulfat
    Tablet Kina    200 mg / tablet salut    Kimia Farma

4.    Euchinini /
Quinini etilkarbonat

    Euchinin    100 mg / tablet    Kimia Farma


2.     Antiamuba
    Adalah obat-obat yang digunakan untuk mengobati penyakit yang disebabkan oleh mikro organisme bersel tunggal (protozoa) yaitu Entamoeba histolytica yang dikenal dengan dysentri amuba.
    Penyakit yang disebabkan amuba umumnya menyerang usus. Dengan gejala diare berlendir dan darah disertai kejang-kejang dan nyeri perut, serta mulas pada waktu buang air besar. Bila pengobatannya tidak tepat penyakit ini dapat menjalar ke organ-organ lain khususnya hati dan menyebabkan amubiasis hati yang berciri radang hati (hepatitis amuba)

Spesilaite :
NO.    NAMA GENERIK
& LATIN    NAMA DAGANG    SEDIAAN    PABRIK
1.    Klorokuin Fosfat
    Lihat antimalaria       
2.    Metronidazol
    Corsagyl

Flagyl
    250 mg, 500 mg/tablet

250 mg / tablet
500 mg / tablet forte
125 mg / 5ml suspensi
0,5g, 1g / supositoria    Corsa

Rhone P

3.    Tinidazol    Fasigyn    500 mg / tablet salut    Pfizer

4.    Nimorazol    Naxogin    250 mg, 500 mg / tablet
    Pfizer
5.    Secnidazol    Sentyl
Flagentyl    500 mg / kapsul
500 mg / tablet    Sunthi Sempuri
Rhone P.






3.     Obat Anticacing
    Anthelmetika atau obat-obat anti cacing adalah obat-obat yang dapat memusnahkan cacing parasit yang ada dalam tubuh manusia dan hewan.
    Infeksi oleh cacing merupakan salah satu penyakit yang paling umum tersebar di dunia, di Indonesia termasuk penyakit rakyat yang umum dan sampai saat ini diperkirakan masih cukup banyak anak-anak di Indonesia yang menderita infeksi cacing sehingga pemerintah perlu mencanangkan pemberantasan cacing secara masal dengan pemberian obat cacing kepada seluruh siswa sekolah dasar pada momen-momen tertentu.
    Penularan penyakit cacing umumnya terjadi melalui mulut, meskipun ada juga yang melalui luka dikulit. Larva dan telur cacing ada di mana-mana di atas tanah, terutama bila sistim pembuangan kotoran belum memenuhi syarat-syarat hygiene. Gejala penyakit cacing sering kali tidak nyata. Umumnya merupakan gangguan lambung usus seperti mulas, kejang-kejang kehilangan nafsu makanan,  pucat (anemia) dan lain – lain.
Pencegahannya sebenarnya  mudah sekali yaitu :
•    Menjaga kebersihan baik tubuh maupun makanan
•    Mengkomsumsi makanan yang telah di masak dengan benar (daging, ikan dll)
•    Mencuci tangan sebelum makanan.

Spesialite :
NO.    NAMA GENERIK
& LATIN    NAMA DAGANG    SEDIAAN    PABRIK
1.    Piperazin
    Piperacyl
Upixon    1g /5ml syrup

    Bode
Bayer
2.    Mebendazol
    Vermox    500mg / tablet
100mg /tablet kunyah
20mg/ 5ml syrup
    Janssen
3.    Pirantel Pamoat
(Pyranteli Pamoas )    Combantrin    125mg, 250mg / tablet
125mg, 250mg/5ml susp.
    Pfizer
4.    Levamizol HCl    Ascaridil    25mg, 50mg / tablet    Janssen

5.    Oxantel Pamoat + Pyrantel Pamoat    Quantrel                   Oxant.P     Pyr.P
Tablet     150mg      150mg
Susp./ml    20mg       20mg
    Pfizer
6    Albendazol    Helben    400mg/kaplet ; chew.tab, 200mg / 5ml syrup    Mecosin



4.     Antifungi / Antijamur
    Adalah obat-obat yang digunakan untuk menghilangkan infeksi yang disebabkan oleh jamur. Infeksi oleh jamur dapat terjadi pada :
•    Kulit oleh dermatofit (jamur yang hidup di atas kulit)
•    Selaput lendir mulut, bronchi, usus dan vagina oleh sejenis ragi yang disebut candida albicans.

    Salah satu sebab meluasnya infeksi oleh fungi ialah meningkatnya pemakaian antibiotik spektrum luas atau pemakaian kortikosteroid yang kurang tepat. Faktor hygiene juga sangat mempengaruhi penyebaran infeksi oleh fungi. Infeksi jamur sering berkaitan dengan gangguan daya tahan tubuh, bila daya tahan tubuh turun, maka pengobatan jamur sering mengalami kegagalan.

Spesialite :
NO.    NAMA GENERIK
& LATIN    NAMA DAGANG    SEDIAAN    PABRIK
1.    Griseofulvin / Fulvicin
    Fulcin
Grivin

Mycostop    125mg(500mg)/tablet(forte)


250mg / tablet    Zeneca
Phapros

Zambon

2.    Nistatin
    Mycostatin    500.000 IU /tablet
100.000 IU /ml suspensi
100.000 IU /g cream
100.000 IU / tab. vaginal
    Bristol-Myers Squib
3.    Klotrimazol    Canesten

Canesten VT
Canesten SD    Cream 1% /5g,10g.
Solutio 1% /10ml
100mg / tablet vaginal
500mg / tablet vaginal
    Bayer
4.    Ketokonazol
    Nizoral    200 mg / tablet    Janssen

5.    Mikonazol     Daktarin


Mexoderm    Cream 2%
Bedak 2%
Sabun Liquid  2%
Cream 2 %
    Janssen


Konimex
6.    Itrakonazol    Sporanox    100mg / kapsul    Janssen



D.     Obat Antivirus
   
    Virus (dalam bahasa latin dan sanskerta : visham = racun) merupakan mikro-organisme hidup yang terkecil, dengan ukuran antara 20 dan 300 mikron. Di luar tubuh manusia kerap kali virus berbentuk seperti kristal tanpa tanda hidup, sangat ulet yaitu tahan asam dan basa, serta tahan suhu-suhu rendah dan tinggi sekali. Baru jika keadaan sekitarnya baik, seperti dalam tubuh manusia atau hewan, kristal tersebut bernyawa kembali dan memperbanyak diri.
    Pengembangan obat anti virus baik sebagai pencegahan maupun terapi belum dapat mencapai hasil yang diinginkan, karena obat-obat anti virus selain menghambat dan membunuh virus, juga merusak se-sel hospes dimana virus berada.
    Sejumlah obat anti virus sudah banyak dikembangkan tetapi hasilnya belum memadai karena toksisitasnya sangat tinggi. Hanya beberapa anti virus yang saat ini digunakan, antara lain  idoksuridin pada penggunaan topikal dan herpes simplex conjungtivitis serta asiklovir.



Spesialite :
NO.    NAMA GENERIK
& LATIN    NAMA DAGANG    SEDIAAN    PABRIK
1.    Asiklovir
    Clinovir
Poviral    Cream 5 %
Eye ointment 30mg/g
Cream  500mg/g    Pharos
Kalbe Farma


2.    Methisoprinol    Isoprinosine    500mg/tablet
250mg/5ml syrup    Darya - Varia




E.     Obat Antineoplastika (Antikanker)

    Kanker atau karsinoma (Yunani = karkinos = kepiting) adalah pembentukan jaringan baru yang abnormal dan bersifat ganas (maligne). Suatu kelompok sel dengan mendadak menjadi liar dan memperbanyak diri secara pesat dan tidak tertahankan serta mengakibatkan pembengkakan atau benjolan,  yang disebut tumor atau neoplasma (neo = baru;  plasma = bentukan). Sel-sel kanker ini menginfiltrasi ke dalam jaringan-jaringan sekitarnya dan memusnahkannya. Tumor setempat ini seringkali menyebarkan sel-selnya melaui saluran darah dan limfe ke tempat-tempat lain dari tubuh (metastasis), dimana berkembang neoplasma sekunder. Gejala umum dari penyakit-penyakit kanker adalah nyeri yang sangat hebat.
    Jenis-jenis kanker yang paling sering terdapat adalah kanker kulit, tenggorokan, paru-paru, lambung-usus dan alat-alat kelamin. Begitu pula  leukimia  atau kanker darah, dimana produksi leukosit menjadi abnormal tinggi sedangkan eritrosit sangat berkurang.
    Sebab-sebab kanker, menurut para ahli, lebih dari 80% dari semua tumor pada manusia diakibatkan oleh pengaruh zat-zat karsinogen dan faktor genetika.

Pengobatan
Pengobatan kanker dikenal beberapa cara, antara lain:
1.    Kemoterapi, yaitu pengobatan dengan menggunakan obat-obatan yang dapat menghambat atau membunuh sel-sel kanker.
2.    Operasi / pembedahan, yaitu dengan mengangkat sel-sel kanker sehingga tidak terjadi perluasan daerah yang terkena kanker
3.    Radiasi / penyinaran, yaitu dengan melakukan penyinaran pada daerah yang terdapat sel-sel kanker dengan menggunakan sinar radio aktif.
Efek Samping
Efek samping penggunaan obat-obatan neoplastika, adalah :
•    Depresi sumsum tulang dengan gangguan darah dan berkurangnya sistem tangkis, yang memperbesar resiko infeksi kuman.
•    Gangguan pada kantong rambut dengan rontoknya rambut atau alopesia.
•    Pembentukan sel-sel darah terhambat
•    Hiperurisemia
•    Terganggunya fungsi reproduksi
   
    Kombinasi dari dua atau lebih sitostatika kerapkali digunakan, yakni yang  memiliki titik kerja di dalam sel yang berlainan, dengan demikian daya kerjanya diperkuat dan terjadinya resistensi dapat dihindarkan.

Spesialite kemoterapi :
NO.    NAMA GENERIK
& LATIN    NAMA DAGANG    SEDIAAN    PABRIK
1.    Doksorubisin Hidroklorida
    Adriamycin RD    10mg, 50mg/vial    Carlo Erba

2.    Fluorourasil
    Adrucil    250mg/5ml vial
500mg/10ml vial    Carlo erba


3.    Bleomisin sulfat
    Bleocin    15mg/ampul    Kalbe Farma

4.    Sisplatin
    Cisplatin    10mg/ 20ml vial    Kalbe Farma

5.    Siklofosfamida
    Endoxan    200mg, 500mg,1g/vial
    Asta
6.    Metotreksat
    Farmitrexat    2,5mg/tablet
5mg, 50mg/ vial
    Carlo Erba
7.    Sitarabin

    Erbabin    100 mg / ml vial    Kalbe Farma
8.    Vinkristin Sulfat
    Krebin    1mg/ml ampul    Kalbe Farma

9.    Vinblastin Sulfat
    Vinblatine Sulphate DBL    1mg/ml ampul    Tempo Scan Pacific



F.     Lain - Lain
1.     Obat Anti TBC
    Anti tuberculosis adalah obat-obat atau kombinasi obat yang diberikan dalam jangka waktu tertentu untuk mengobati penderita tuberkulosis.
    Tuberkulosis adalah suatu penyakit menular yang disebabkan oleh Mycobacterium tuberkulosis, yang pada umumnya dimulai dengan membentuk benjolan-benjolan kecil di paru-paru dan ditularkan lewat organ pernafasan. Kuman TBC pertama kali ditemukan oleh dr Roberet Koch (1882).
    Selain paru-paru, organ tubuh lain yang dapat dijangkiti kuman TBC adalah kelenjar, tulang, ginjal, kulit dan otak. Sampai saat ini di Indonesia penyakit TBC masih merupakan penyakit rakyat yang banyak mengambil korban, hal ini disebabkan:
•    Masih kurangnya kesadaran untuk hidup sehat.
•    Perumahan yang tidak memenuhi syarat (ventilasi dan masuknya cahaya matahari)
•    Kebersihan/hygiene
•    Kurang gizi/gizi tidak baik.
Penularan kuman TBC dapat melalui:
•    Saluran pernafasan (sebaiknya penderita menutup mulut dengan sapu tangan ketika batuk atau bersin.
•    Lewat makanan dan minuman
Penularan TBC dapat dihindari dengan cara menggunakan desinfektan pada sapu tangan atau barang-barang yang digunakan, dan mengusahakan agar ruangan tempat penderita mempunyai ventilasi yang baik.
    Cara pencegahan TBC adalah dengan memberikan vaksinasi sedini mungkin pada bayi-bayi yang baru lahir. Vaksin yang digunakan adalah vaksin BCG (Basil Calmette Guerin). Untuk menentukan seseorang terinfeksi oleh basil TBC atau tidak biasanya dilakukan dengan reaksi Mantoux , yaitu penyuntikan yang dilakukan dilengan atas dengan tuberkulin (filtrat dari pembiakan basil TBC). Bila ditempat penyuntikan tidak timbul bengkak merah berarti orang tersebut tidak terinfeksi TBC.

Pengobatan
    Sebelum ditemukan obat-obat yang dapat memusnahkan penyebab penyakit, bentuk pengobatan terbatas pada terapi simptomatis seperti mengurangi batuk dan menghilangkan demam, istirahat total di sanatorium dan diet makanan bergizi yang kaya lemak dan vitamin A.
    Obat TBC yang pertama kali ditemukan adalah streptomisin, disusul kemudian dengan PAS dan INH. Sampai tahun 1970-an kombinasi standar untuk pengobatan TBC menggunakan ketiga obat di atas. Sesudah tahun 1970 kombinasi standar untuk TBC menjadi  INH, ethambutol dan rifampisin.
    Dengan pengobatan modern, setelah 4 sampai 6 minggu pasien bebas bermasyarakat seperti biasa karena tidak lagi menularkan kuman TBC. Basil TBC terkenal sangat ulet dan sulit ditembus zat kimia (obat) karena dinding sel bakteri mengandung banyak lemak dan lilin (wax), sehingga pengobatan TBC memerlukan periode waktu yang cukup lama .
Tujuan pengobatan kombinasi :
•    Mencegah resistensi
•    Praktis karena dapat diberikan sebagai dosis tunggal.
•    Mengurangi efek samping.

Spesialite :
NO.    NAMA GENERIK
& LATIN    NAMA DAGANG    SEDIAAN    PABRIK
1
    Ethambutol
    Cetabutol
Kalbutol
Etibi    250 mg, 500 mg/tablet
500 mg / tablet
250 mg, 500 mg / tablet    Soho
Kalbe Farma
Rocella

2.    Isoniazid


Isoniazid + Vitamin B-6
    Isonex
INH

Pehadoxin

    50 mg / 5 ml syr.
50 mg , 100 mg / tablet

Per tablet  :
INH 100 mg,Vit.B6 10 mg
    Dumex
Soho

Phapros


   

Isoniazid + Vitamin B-6 + Ethambutol    Inoxin

Intam 6
Meditam

    Per tablet :
INH 400 mg,Vit.B610 mg

Per tablet :
INH 100 mg,Ethambutol 250 mg, Vit.B6 10 mg
    Dexamedica


Rhone P
Medikon





NO.    NAMA GENERIK
& LATIN    NAMA DAGANG    SEDIAAN    PABRIK
.        Mycothambin- INH Forte    Per tablet :
INH 200 mg,Ethambutol 500 mg, Vit.B6 20 mg    UAP



3.    Pirazinamida
    Prazina
Pezeta Ciba 500
Pulmodex
    500 mg / tablet
    Ponco
Ciba
Dexamedica
4.    Rifampicin






Rifampicin + INH    Rifampin


Rifamtibi
Rimactane


Rimetazid




Ramicin-Iso    150 mg, 300 mg, 450 mg, 600 mg / kapsul

450 mg, 600 mg/kapsul
450 mg, 600 mg/ kapsul
20 mg / ml syr.

Per kapsul :
1.     Rifampicin 225 mg
     INH 200 mg
2.     Rifampicin 450 mg
     INH 300 mg
Per kapsul :
Rifampicin 500 mg
INH 150 mg
    Pharos


Sanbe
Biochemie


Biochemie




Westmont

5.     Streptomisin
    Streptomycine Sulphate Injection
    1g, 1,5g, 5g/ vial    Meiji


2.     Obat Antilepra
    Lepra atau kusta adalah suatu infeksi kronis yang terutama merusak jaringan-jaringan saraf. Pembangkitnya Mycobacterium leprae ditemukan oleh dokter Norwegia Hansen (1873), memiliki sifat-sifat yang mirip dengan basil TBC, yaitu sangat ulet karena mengandung banyak lemak dan lilin yang sukar ditembusi obat, juga pertumbuhannya lambat sekali setelah waktu inkubasi yang lama, lebih kurang satu tahun.
    Di Indonesia terdapat kurang lebih 100.000 pasien lepra yang diobati di sejumlah rumah sakit khusus (Leproseri) yang diawasi oleh Lembaga Kusta Departemen Kesehatan.
Pencegahan
    Tes Lepromin adalah suatu injeksi intrakutan dari suspensi jaringan lepra dan digunakan untuk menetapkan apakah  seseorang memiliki daya tangkis cukup terhadap lepra bentuk – L. Hasil tes negatif berarti orang tersebut sangat peka untuk infeksi dengan bentuk tersebut.
    Pada tahun 1965 telah dibuktikan di Uganda, bahwa vaksinasi BCG memberikan perlindungan  yang lumayan terhadap infeksi dengan bentuk – L.
Pengobatan
    Sejak dahulu kala obat satu-satunya terhadap lepra adalah minyak kaulmogra, yang efektif untuk meredakan gejala-gejalanya tanpa menyembuhkan penyakit.
    Pada tahun 1950 ditemukan dapson yang mampu menghentikan pertumbuhan basil lepra, yang kemudian lama-kelamaan akan dimusnahkan oleh sistem tangkis tubuh sendiri. Kemudian ditemukan leprostatika lain antara lain thiambutosin, klofazimin dan rifampisin.
    WHO menganjurkan sebagai terapi pilihan pertama suatu kombinasi dari dapson dengan rifampisin atau klofazimin selama sekurang-kurangnya 6 bulan. Kemudian disusul dengan monoterapi dapson selama 5 – 7 tahun pada bentuk tuberkuloid, dan seumur hidup pada bentuk – L dan borderline.
Efek samping
    Yang terpenting adalah reaksi lepra yaitu suatu reaksi alergi yang diakibatkan oleh basil mati yang berjumlah besar di dalam jaringan-jaringan. Gejala-gejala berupa demam tinggi, radang dan nyeri sendi, rasa lelah dan habis tenaga, khusus pada bentuk – L terjadi benjol-benjol merah kebiruan. Semula diduga bahwa reaksi-reaksi ini merupakan efek samping khusus dari dapson, tetapi kemudian ternyata dapat juga ditimbulkan oleh leprostatika lainnya kecuali klofazimin.
    Untuk mengatasi gejala-gejala ini, obat lepra sering dikombinasi dengan asetosal atau sedativa, atau jika lebih hebat bisa diberikan zat supresif (penekan) seperti kortikosteroid. Obat lepra tidak boleh dihentikan atau dikurangi dosisnya berhubungan meningkatnya bahaya resistensi.

Spesialite :
NO.    NAMA GENERIK    NAMA DAGANG    SEDIAAN    PABRIK
1.


2.

3    Diamino Difenil Sulfon (DDS)

Clofazimine

Rifampicin    Dapson


Lamprene

Lihat obat TBC
    100 mg / tablet


50 mg & 100 mg / tablet    Indofarma


Novartis




Dasar dasar Farmakologi

BAB I
DASAR-DASAR UMUM FARMAKOLOGI


A.     Perkembangan Sejarah Obat

Yang di maksud dengan obat ialah semua zat baik kimiawi, hewani maupun nabati, yang dalam dosis layak dapat menyembuhkan, meringankan atau mencegah penyakit berikut   gejala-gejalanya.
Obat yang pertama digunakan adalah obat yang berasal dari tanaman yang di kenal dengan  sebutan obat tradisional (jamu). Obat-obat nabati ini di gunakan sebagai rebusan atau ekstrak dengan aktivitas yang seringkali berbeda-beda tergantung dari asal tanaman dan cara pembuatannya.
Hal ini dianggap kurang memuaskan, maka lambat laun ahli-ahli kimia mulai mencoba mengisolasi zat-zat aktif  yang terkandung dalam tanaman – tanaman sehingga menghasilkan serangkaian zat – zat kimia sebagai obat misalnya efedrin dari tanaman Ephedra vulgaris , atropin dari Atropa belladonna, morfin dari Papaver somniferium, digoksin dari Digitalis lanata, reserpin dari Rauwolfia serpentina, vinblastin dan Vinkristin adalah obat kanker dari  Vinca Rosea.
Penemuan-penemuan baru menghasilkan lebih dari 500 macam obat setiap tahunnya, sehingga obat-obat kuno semakin terdesak oleh obat-obat baru. Kebanyakan obat-obat yang kini digunakan di temukan sekitar 20 tahun yang lalu, sedangkan obat-obat kuno di tinggalkan dan diganti dengan obat modern tersebut.


B.     Definisi dan Pengertian :
   
    Farmakologi atau ilmu khasiat obat adalah ilmu yang mempelajari pengetahuan obat dengan seluruh aspeknya, baik sifat kimiawi maupun fisikanya, kegiatan fisiologi, resorpsi, dan nasibnya dalam organisme hidup. Dan untuk menyelidiki semua interaksi antara obat dan tubuh manusia khususnya, serta penggunaannya pada pengobatan penyakit disebut farmakologi klinis.  Ilmu khasiat obat ini mencakup beberapa bagian yaitu :

1.    Farmakognosi,  mempelajari pengetahuan dan pengenalan obat yang berasal dari tanaman dan zat – zat aktifmya, begitu pula yang berasal dari mineral dan hewan.
2.     Biofarmasi, meneliti pengaruh formulasi obat terhadap efek terapeutiknya. Dengan kata lain dalam bentuk sediaan apa obat harus dibuat agar menghasilkan efek yang optimal. Ketersediaan hayati obat dalam tubuh untuk diresorpsi dan untuk melakukan efeknya juga dipelajari (farmaceutical dan biological availability). Begitu pula kesetaraan terapeutis dari sediaan yang mengandung zat aktif sama (therapeutic equivalance). Ilmu bagian ini mulai berkembang pada akhir tahun 1950an dan erat hubungannya dengan farmakokinetika.

3.    Farmakokinetika, bagaimana  tubuh memperlakukan obat yang meliputi absorpsi, distribusi, metabolisme, dan ekskresi.

4.     Farmakodinamika,  . mencakup semua efek yang dilakukan oleh obat terhadap tubuh.

5.    Toksikologi adalah pengetahuan tentang efek racun dari obat terhadap tubuh dan
6.    Farmakoterapi mempelajari penggunaan obat untuk mengobati penyakit atau gejalanya.

    Obat – obat yang digunakan pada terapi dapat dibagi dalam tiga golongan besar  sebagai berikut :

    1.    Obat farmakodinamis, yang bekerja terhadap tuan rumah dengan jalan mempercepat atau memperlambat proses fisiologi atau fungsi biokimia dalam tubuh, misalnya hormon, diuretika, hipnotika, dan obat otonom.

2.    Obat kemoterapeutis, dapat membunuh parasit dan kuman di dalam tubuh tuan rumah. Hendaknya obat ini memiliki kegiatan farmakodinamika yang sekecil – kecilnya terhadap organisme tuan rumah berkhasiat membunuh sebesar – besarnya terhadap sebanyak mungkin parasit (cacing, protozoa) dan mikroorganisme (bakteri dan virus). Obat – obat neoplasma (onkolitika, sitostatika, obat – obat kanker) juga dianggap termasuk golongan ini.

3.    Obat diagnostik merupakan obat pembantu untuk melakukan diagnosis (pengenalan penyakit), misalnya untuk mengenal penyakit pada saluran lambung-usus digunakan barium sulfat dan untuk saluran empedu digunakan natrium propanoat dan asam iod organik lainnya.


C.     Farmakope dan Nama Obat
   
    Farmakope adalah buku resmi yang ditetapkan hukum dan memuat standarisasi obat – obat penting serta persyaratannya akan identitas, kadar kemurnian, dan sebagainya, begitu pula metode analisa dan resep sediaan farmasi. Kebanyakan negara memiliki farmakope nasionalnya dan obat – obat resmi yang dimuatnya merupakan obat dengan nilai terapi yang telah dibuktikan oleh pengalaman lama atau riset baru. Buku ini diharuskan tersedia pada setiap apotik.
     Telah dikeluarkan pada tahun 1962 (jilid I) disusul dengan jilid II (1965), yang mengandung bahan – bahan galenika dan resep. Farmakope Indonesia jilid I dan II telah direvisi menjadi Farmakope Indonesia Edisi II yang mulai berlaku sejak 12 November 1972. Pada tahun 1979 terbit Farmakope Indonesia Edisi III kemudian Farmakope Indonesia Edisi IV terbit pada tahun 1996.
   
. Dalam buku ini digunakan pula nama generik, untuk jelasnya di bawah ini diberikan beberapa contoh :


Nama Kimia
    Nama Generik
    Nama Paten

Asam asetilsalisilat    Asetosal    Aspirin (Bayer)
Naspro (Nicholas)

Aminobenzil penisillin    Ampisilin    Penbritin (Beecham)
Ampifen (Organon)


D.     Macam -Macam Sediaan Umum

    Menurut Farmakope Indonesia Edisi IV,macam - macam sediaan umum adalah sebagai berikut :
1.     Aerosol, adalah sediaan yang dikemas di bawah tekanan, mengandung zat aktif terapeutik yang dilepas pada saat sistem katup yang sesuai ditekan. Sediaan ini digunakan untuk pemakaian topikal pada kulit dan juga untuk pemakaian lokal pada hidung ( aerosol nasal ), mulut ( aerosol lingual ) atau paru - paru ( aerosol inhalasi ).

2.     Kapsul , adalah sediaan padat yang terdiri dari obat dalam cangkang keras atau lunak yang dapat larut. Digunakan  untuk pemakaian oral.

3.     Tablet , adalah sediaan padat mengandung bahan obat dengan atau tanpa bahan pengisi.

4.     Krim, adalah sediaan setengah padat mengandung satu atau lebih bahan obat terlarut atau terdispersi dalam bahan dasar yang sesuai.

5.     Emulsi, adalah sistem dua fase, yang salah satu cairannya terdispersi dalam cairan yang lain, dalam bentuk tetesan kecil.

6.     Ekstrak, adalah sediaan pekat yang diperoleh dengan mengekstraksi zat aktif dari simplisia nabati atau simplisia hewani menggunakan pelarut yang sesuai, kemudian semua atau hampir semua pelarut diuapkan dan massa atau serbuk yang tersisa diperlakukan sedemikian rupa sehingga memenuhi syarat baku yang ditetapkan.

7.     Gel (Jeli), adalah sistem semi padat terdiri dari suspensi yang dibuat dari partikel anorganik yang kecil atau molekul organik yang besar , terpenetrasi oleh suatu cairan.

8.     Imunoserum, adalah sediaan yang mengandung immunoglobulin khas yang diperoleh dari serum hewan dengan pemurnian.

9.     Implan atau pelet, adalah sediaan dengan massa padat steril berukuran kecil, berisi obat dengan kemurnian tinggi ( dengan atau tanpa eksipien ), dibuat dengan cara pengempaan atau pencetakan. Implan atau pelet dimaksudkan untuk ditanam di dalam tubuh ( biasanya secara sub kutan ) dengan tujuan untuk memperoleh pelepasan obat secara berkesinambungan dalam jangka waktu lama.


10.     Infusa.  adalah sediaan cair yang dibuat dengan mengekstraksi simplisia nabati dengan air pada suhu 90O selama 15 menit.

11.     Inhalasi, adalah sediaan obat atau larutan atau suspensi terdiri atas satu atau lebih bahan obat yang diberikan melalui saluran napas hidung atau mulut untuk memperoleh efek lokal atau sistemik.

12.    Injeksi adalah sediaan steril untuk kegunaaan parenteral, yaitu di bawah atau menembus kulit atau selaput lendir.

13.    Irigasi, larutan steril yang digunakan untuk mencuci atau membersihkan luka terbuka atau rongga - rongga tubuh, penggunaan adalah secara topikal.

14.    Lozenges atau tablet hisap, adalah sediaan padat yang mengandung satu atau lebih bahan obat, umumnya dengan bahan dasar beraroma dan manis, yang dapat membuat tablet melarut atau hancur perlahan dalam mulut.

15.    Sediaan obat mata :
a.     Salep mata, adalah salep steril yang digunakan pada mata.
b.     Larutan obat mata, adalah larutan steril, bebas partikel asing, merupakan sediaan     yang dibuat dan dikemas sedemikian rupa hingga sesuai digunakan pada mata.

16.     Pasta, adalah sediaan semi padat yang mengandung satu atau lebih bahan obat  yang ditujukan untuk pemakaian topikal.

17.     Plester, adalah bahan yang digunakan untuk pemakaian luar terbuat dari bahan yang dapat melekat pada kulit dan menempel pada pembalut.

18.    Serbuk, adalah campuran kering bahan obat atau zat kimia yang dihaluskan,  berupa serbuk yang dibagi – bagi (pulveres) atau serbuk yang tak terbagi (pulvis)

19.    Solutio atau larutan, adalah sediaan cair yang mengandung satu atau lebih zat kimia yang terlarut. Terbagi atas :
a.    Larutan oral, adalah sediaan cair yang dimaksudkan untuk pemberian oral.  Termasuk ke dalam larutan oral ini adalah :
-     Syrup, Larutan oral yang mengandung sukrosa atau gula lain kadar tinggi
-     Elixir, adalah larutan oral yang mengandung etanol sebagai pelarut.

b.    Larutan topikal, adalah sediaan cair yang dimaksudkan untuk penggunaan topical paad kulit atau mukosa.

c.    Larutan otik, adalah sediaan cair yang dimaksudkan untuk penggunaan dalam telinga.

d.    Larutan optalmik, adalah sediaan cair yang digunakan pada mata.

e.    Spirit, adalah larutan mengandung etanol atau hidro alkohol dari zat yang mudah menguap, umumnya merupakan larutan tunggal atau campuran bahan.
f.    Tingtur, adalah larutan mengandung etanol atau hidro alkohol di buat dari bahan tumbuhan atau senyawa kimia

20.    Supositoria, adalah sediaan padat dalam berbagai bobot dan bentuk, yang diberikan melalui rectal, vagina atau uretra, umumnya meleleh, melunak atau melarut pada suhu tubuh.


E.     Cara – Cara Pemberian  Obat
   
    Di samping faktor formulasi, cara pemberian obat turut menentukan cepat lambatnya dan lengkap tidaknya resorpsi obat oleh tubuh. Tergantung dari efek yang diinginkan, yaitu efek sistemis (di seluruh tubuh) atau efek lokal (setempat), keadaan pasien dan sifat – sifat fisika-kimia obat.

1.     Efek Sistemis
    (a)    Oral, Pemberiannya melalui mulut

    (b)    Oromukosal, Pemberian melalui mukosa di rongga mulut, ada dua macam cara yaitu :
    Sublingual : Obat ditaruh di bawah lidah.
    Bucal : Obat diletakkan diantara pipi dan gusi

(c)    Injeksi, adalah pemberian obat secara parenteral atau di bawah atau menembus kulit / selaput lendir. Suntikan atau injeksi digunakan untuk memberikan efek dengan cepat.
Macam – macam jenis suntikan :
    Subkutan / hypodermal (s.c) : Penyuntikan di bawah kulit
    Intra muscular (i.m) : Penyuntikan dilakukan kedalam otot
    Intra vena (i.v) : Penyuntikan dilakukan di dalam pembuluh darah
    Intra arteri (i.a) : Penyuntikan ke dalam pembuluh nadi (dilakukan untuk membanjiri suatu organ misalnya pada penderita kanker hati)
    Intra cutan (i.c) : Penyuntikan dilakukan di dalam kulit
    Intra lumbal : Penyuntikan dilakukan ke dalam ruas tulang belakang (sumsum tulang belakang)
    Intra peritoneal : Penyuntikan ke dalam ruang selaput (rongga) perut.
    Intra cardial : Penyuntikan ke dalam jantung.
    Intra pleural : Penyuntikan ke dalam rongga pleura
    Intra articuler : Penyuntikan ke dalam celah – celah sendi.

    (d)    Implantasi, Obat dalam bentuk pellet steril dimasukkan di bawah kulit dengan alat         khusus (trocar), digunakan untuk efek yang lama.

(e)    Rektal, pemberian obat melalui rectal atau dubur. Cara ini memiliki efek sistemik lebih cepat dan lebih besar dibandingkan peroral dan baik sekali digunakan untuk obat yang mudah dirusak asam lambung.

    (f)    Transdermal, cara pemakaian melalui permukaan kulit berupa plester, obat menyerap         secara perlahan dan kontinue masuk ke dalam system peredaran darah, langsung ke         jantung.

2.     Efek Lokal ( pemakaian setempat )
    (a)    Kulit (percutan), obat diberikan dengan jalan mengoleskan pada permukaan kulit,         bentuk obat salep, cream dan lotio

    (b)    Inhalasi, Obat disemprotkan untuk disedot melalui hidung atau mulut dan penyerapan         dapat terjadi pada selaput mulut, ternggorokkan danpernafasan

    (c)    Mukosa Mata dan telinga, Obat ini diberikan melalui selaput / mukosa mata atau telinga, bentuknya obat tetes atau salep, obat diresorpsi ke dalam darah dan menimbulkan efek.

    (d)    Intra vaginal, obat diberikan melalui selaput lendir mukosa vagina, biasanya berupa         obat antifungi dan pencegah kehamilan.

    (e)    Intra nasal, Obat ini diberikan melalui selaput lendir hidung untuk menciutkan selaput         mukosa hidung yang membengkak, contohnya Otrivin.



Obat Batuk

BAB IV
TUGAS KHUSUS
PENGGUNAAN OBAT BATUK PADA ANAK
4.1    Pendahuluan
4.1.1     Pengertian
Batuk adalah suatu refleks fisiologi pada keadaa sehat maupu sakit dan dapat ditimbulkan oleh berbagai sebab. Refleks batuk umumnya diakibatkan oleh rangsangan dari selaput lendir saluran pernapasan, yang terletak di beberapa bagian di tenggorokan. Bagian ini sangat peka terhadap berbagai zat perangsang yang dapat mencetuskan batuk.
Karena rangsangan saluran pernapasan, maka terjadilah pengeluaran napas secara tiba-tiba dengan kekuatan besar, otot dalam dinding perut dan sekat rongga badan ditekan dengan tiba-tiba ke atas, sehingga angin yang dikeluarkan menggetarkan selaput  suara, maka terjadilah batuk. Maka dari itu Batuk bermanfaat untuk mengeluarkan dan membersihkan saluran pernapasan dari dahak, zat-zat perangsang asing, dan unsur infeksi. Dengan demikian batuk merupakan suatu mekanisme perlindungan.
Batuk juga merupakan  suatu penyakit yang dapat menyebabkan gejala yang serius di dalam paru-paru. Batuk yang  tidak berat biasanya  akan sembuh  tanpa menimbulkan  kerusakan yang permanen, tetapipenyakit tersebut tetap harus dicegah atau diatasi sedini mungkin. Pencegahan dan penyembuhan yang tepat sangat diperlukan, terutama pada anak-anak  karena mungkin adanya komplikasi dengan penyakit lain
4.1.2    Patofisiologi
Refleks batuk dapat timbul karena radang, alergi (asma), sebab-sebab mekanis (asap rokok, debu, tumor paru-paru), perubahan suhu yang mendadak, dan rangsangan kimiawi (gas, bau). Batuk terutama disebabkan oleh infeksi virus, misalnya virus salesma, influenza, dan juga oleh peradangan pada cabang dan hulu tenggorokan. Virus-virus ini dapat merusak mukosa saluran pernapasan sehingga menciptakan pintu masuk untuk infeksi virus dan kuman, misalnya Pneumococci dan Haemophilus. Batuk dapat mengakibatkan menjalarnya infeksi dari suatu paru-paru ke yang lain dan juga merupakan beban tambahan pada pasien yang menderita penyakit jantung. Batuk dapat juga akibat efek samping beberapa obat, gejala dari penyakit kanker paru-paru, penyakit tuberkulosa, penyakit asma, dan penyakit cacing pada anak-anak.

4.1.3    Jenis-Jenis Batuk
1.    Batuk Produktif atau Batuk Berdahak
 Batuk merupakan suatu mekanisme perlindungan dengan fungsi mengeluarkan zat-zat asing (kuman, debu, dan sebagainya) dan dahak dari batang tenggorokan. Dahak ini terdapat di saluran pernafasan dengan bagian bawah (tenggorokan dan paru-paru). Maka  jenis batuk ini tidak boleh ditekan, tetapi kenyataannya batuk yang hebat dapat mengganggu tidur dan melelahkan pasien atau pun berbahaya, misalnya setelah pembedahan. Untuk mengurangi dan meringankan frekuensi batuk diberikan terapi simptomatis dengan obat-obat pereda batuk.
2.    Batuk Non-Produktif atau Batuk Kering
Batuk ini bersifat kering tanpa adanya dahak, seperti pada batuk rejan atau pada tumor. Tenggorokan terasa gatal, sehingga merangsang timbulnya  batuk. Batuk jenis ini tidak bermanfaat, maka haruslah dihentikan. Batuk ini disebabkan karena infeksi saluran pernafasan bagian atas seperti hidung dan tenggorokan. Namun pada beberapa kasus batuk ini juga bisa muncul karena infeksi saluran pernafasan bawah seperti bronchiolitis dan peradangan saluran udara kecil di paru-paru atau pneumonia, batuk ini bisa jadi memburuk ketika cuaca panas, saat berada di ruangan yang hangat atau panas.

4.1.4    Penggolongan Obat Batuk
Obat batuk dapat dibagi menurut titik kerjanya dalam dua golongan besar, yaitu :
1.    Zat-zat Sentral
Obat-obat ini menekan rangsangan batuk di pusat batuk yang terletak di sumsum lanjutan dan mungkin bekerja terhadap pusat saraf lebih tinggi di otak dengan efek menenangkan (sedatif). Zat-zat ini dibedakan antara zat-zat yang menimbulkan adiksi dan non-adiksi.
a.    Zat-zat adiktif
Yang termasuk zat-zat ini adalah candu dan kodein, zat ini termasuk kelompok obat opioid, yaitu zat yang memiliki sebagian sifat farmakologi dari opium atau morfin. Berhubungan obat ini mempunyai efek ketagihan (adiksi) maka penggunaanya harus hati-hati dan untuk jangka waktu yang singkat.
b.    Zat-zat non-adiktif
Yang termasuk zat-zat ini adalah noskapin, dekstrometorfan, pentoksiverin. Antihistamin juga termasuk, misalnya prometazin dan difenhidramin.
2.    Zat-zat Perifer
Obat-obat ini bekerja di perifer dan terbagi dalam beberapa kelompok yaitu :
a.    Ekspektoran
Ekspektoran ialah obat yang dapat merangsang pengeluaran dahak dari saluran pernapasan. Obat ini bekerja melalui suatu refleks dari lambung yang menstimulasi batuk. Sekresi dahak yang bersifat cair diperbanyak secara reflektoris atau dengan jalan efek langsung terhadap sel-sel kelenjar. Obat yang termasuk golongan ini adalah ammonium klorida, gliceryl guaiacolat, ipeka, dan minyak terbang.
b.    Mukolitik
Mukolitk ialah obat yang dapat mengencerkan sekret saluran pernapasan dengan jalan memecah benang-benang mukoprotein dan mukopolisakarida dari sputum. Mukolitik memiliki gugus sulfhydryl bebas dan berdaya mengurangi kekentalan dahak dan mengeluarkannya. Mukolitik digunakan dengan efektif pada batuk dengan dahak yang kental sekali.
Zat-zat ini mempermudah pengeluaran dahak yang telah menjadi lebih encer melalui proses batuk atau dengan bantuan gerakan cilia dari epitel. Tetapi pada umumnya zat ini tidak berguna bila gerakan silia terganggu, misalnya pada perokok atau akibat infeksi. Obat-obat yang termasuk kelompok ini adalahasetilkarbosistein, mesna, bromheksin, danambroxol.
c.    Emoliensia
Memperlunak rangsangan batuk dan memperlicin tenggorokan agar tidak kering, serta memperlunak selaput lendir yang teriritasi. Zat-zat yang sering digunakan adalah sirup (thymi dan altheae), zat-zat lendir (infus carrageen), dan gula-gula, seperti drop (akar manis), permen, pastilles isap, dan sebagainya.

4.1.5    Pengobatan Batuk
Terapi batuk pertama hendaknya ditujukan pada mencari dan mengobati penyebabnya, misalnya pemberian antibiotik terhadap infeksi bakterial dari saluran pernapasan. Kemudian baru diberikan terapi simptomatif untuk meniadakan atau meringankan gejala batuk, dan harus dibedakan antara batuk produktif dan non-produktif.
Untuk batuk produktif dapat dilakukan pengobatan dengan menghirup uap air mendidih guna memperbanyak sekret yang diproduksi di tenggorokan, menggunakan zat-zat atau obat yang bersifat emolien, ekspektoran, dan mukolitik. Sedangkan untuk batuk kering atau non-produktif dapat menggunakan obat antitusiv dan antihistamin.

4.1.6    Mekanisme Kerja
1.    Ekspektoran, mekanisme kerjanya didasarkan stimulasi mukosa lambung dan selanjutnya secara refleks merangsang sekresi kelenjar saluran napas lewat N-Vagus sehingga menurunkan viskositas dan mempermudah pengeluaran dahak.
2.    Mukolitik, mekanisme kerjanya merombak dan melarutkan dahak sehingga viskositasnya dikurangi dan pengeluarannya dipermudah.
3.    Antitusiva, mekanisme kerja dengan menekan rangsangan batuk di pusat muntah yang terletak di sum-sum lanjutan atau bekerja terhadap lebih tinggi di otak dengan efek menenangkan.

4.2    Evaluasi Penggunaan Obat Batuk Pada Anak
4.2.1    Obat-obat Batuk
1.    Kodein
Alkaloida ini memiliki sifat menyerupai morfin, tetapi efek analgetik dan  meredakan batuknya jauh lebih lemah, begitu pula efek depresinya terhadap pernapasan. Obat ini banyak digunakan sebagai pereda batuk dan penghilang rasa sakit. Sama dengan morfin kodein juga membebaskan histamin.
Resorpsinya dari usus jauh lebih baik dari pada morfin, dalam hati zat ini diuraikan menjadi norkodein dan 10% menjadi morfin yang mungkin memegang peranan efek analgetiknya. Metabolitnya diekskresikan sebagai glukuronida melalui kemih. Efek samping yang sering tead pada dosis biasa yaitu obstipasi, mual dan muntah, pusing, dan termangu-mangu. Pada anak kecil terjadi konvulsi dan depresi pernapasan.
Dosis sebagai pereda batuk dan analgetik 3-5 kali sehari 10-40 mg.
2.    Noskapin
Alkaloid ilmiah ini tidak memiliki rumus fenantren, seperti kodein dan morfin, melainkan termasuk kelompok benzilisokinolin. Efek meredakan batuknya tidak sekuat kodein tetapi tidak mengakibatkan depresi pernapasan atau obstipasi sedangkan efek sedatifnya dapat diabaikan. 
Noskapin tidak bersifat analgetik dan merupakan pembebas histamin yang kuat dengan efek bronchokonstriksi dan hipotensi pada dosis besar. Efek sampingnya berupa sakit kepala, reaksi kulit. Dosis oral 3-4 kali sehari 15-50 mg, maksimal 250 mg sehari.

3.    Dekstrometorfan
`    Derivat fenantren ini berkhasiat menekan batuk, yang sama khasiatnya dengan kodein tetapi bertahan lebih lama dan tidak bersifat analgetik, sedatif, dan adiktif. Berbeda dengan kodein zat ini jarang menimbulkan kantuk atau gangguan saluran cerna. Dalam dosis terapi dekstrometorfan tidak menghambat aktivitas silia bronkus dan efek antitusifnya bertahan 5-6 jam.
Toksisitas zat ini rendah sekali  tetapi dosis sangat tinggi mungkin menimbulkan depresi napas. Efek samping ringan dan terbatas, seperti mengantuk, termangu-mangu, pusing, nyeri kepala, dan gangguan lambung usus. Dekstrometorfan tersedia dalam bentuk tablet 10 mg dan sirop dengan kadar 10 mg dan 15mg/5 ml. Dosis oral 10-20 mg diberikan 3-4 kali sehari, anak-anak 2-6 tahun 3-4 kali sehari 8 mg, 6-12 tahun 3-4 kali 15 mg.
4.    Difenhidramin
Sebagai zat antihistamin persenyawaan ini bersifat hipnotip-sedatif dan dengan demikian meredakan rangsangan batuk. Pada bayi dapat menimbulkan perangsangan paradoksal, misalnya mengeringnya selaput lendir karena efek antikolinergiknya. Dosis yang diberikan 3-4 kali sehari 25-50 mg.


5.    Prometazin
Derivat fenotiazin ini sebagai antihistamin berdaya meredakan rangsangan batuk akibat sifat sedatif dan kolinergiknya yang kuat. Obat ini terutama digunakan pada batuk malam yang menggelitik pada anak-anak. Obat ini tidak boleh diberikan pada anak-anak dibawah 1 tahun karena dapat menimbulkan depresi pernapasan dan kematian mendadak.
Efek samping antikolinergiknya dapat menyebabkan gangguan buang air kecil dan akomodasi pada manula. Dosis 3 kali sehari 25-50 mg, anak-anak diatas 1 tahun 2-4 kali sehari 0,2 mg/kg.
6.    Asetilsistein
Derivat dari asam amino alamiah sistein ini bekhasiat mencairkan dahak yang liat dengan jalan memutuskan jembatan disulfida, sehingga rantai panjang antara mukoprotein-mukoprotein panjang terbuka dan lebih mudah dikeluarkan melalui batuk. Obat ini diberikan secara inhalasi atau obat tetes hidung. Aktivitas mukolitik terbesar antara pH 7-9. Setelah inhalasi sputum menjadi encer dalam waktu 1 menit dan efek maksimal dicapai dalam waktu 5-10 menit.
Asetilsistein juga mampu memperbaiki gerakan bulu getar (cilia) dan membantu efek antibiotik. Resorpsinya pesat, seperti semua asam amino distribusinya dalam tubuh baik dengan mencapai kadar tinggi, antara lain di saluran pernapasan dan sekret bronchi. Dalam hati zat ini diubah menjadi sistein, sistin, dan taurin, sedangkan ekskresinya berlangsung melalui kemih.
Efek samping yang sering terjadi adalah mual dan muntah, spasme bronkus terutama pada pasien asma, dan terbentuknya sekret berlebihan sehingga perlu di sedot. Obat ini tidak boleh diberikan bila tidak tersedia alat penyedot lendir napas. Dosis yang diberikan 3-6 kali sehari 200 mg, anak-anak 2-7 tahun 2 kali sehari 200 mg, anak dibawah 2 tahun 2 kali sehari 100 mg.
7.    Bromheksin
Bromheksin ialah derivat sikloheksil yang berkhasiat mukolitik pada dosis yang cukup tinggi. Obat ini digunakan di bronkus secara lokal untuk mempermudah pengeluaran dahak dengan mengurangi viskositas denganjalan depolimerisasi serat mukopolisaccharidanya. Bila digunakan inhalasi efeknya tampak setelah 20 menit. Sedangkan bila dipakai oral efeknya setelah beberapa hari dengan berkurangnya rangsangan batuk.
Dalam hati zat ini dirombak menjadi metabolit aktif ambroksol yang juga digunakan sebagai mukolitik. Efek samping berupa gangguan saluran cerna, perasaan pusing, dan berkeringat. Pada inhalasi dapat terjadi bronchokontriksi.Dalam hati zat ini dirombak menjadi metabolit aktif ambroksol yang juga digunakan sebagai mukolitik. Efek samping berupa gangguan saluran cerna, perasaan pusing, dan berkeringat. Pada inhalasi dapat terjadi bronchokontriksi ringan. Dosis yang diberikan 3-4 kali sehari 8-16 mg, anak-anak 3 kali sehari 1,6-8 mg.
8.    Ambroxol
Ambroksol merupakan suatu metabolit bromheksin yang penggunaan dan cara kerjanya sama. Ambroksol merupakan zat mukolitik yang berkhasiat mukokinetik dan sekretolitik, dengan mengeluarkan sekret yang kental dari kelenjar mokusa dalam saluran pernafasan. Ambroksol mempunyai tolerabilitas yang baik sehingga dapat digunakan untuk jangka waktu panjang.
Efek samping yang mungkin terjadi yaitu gastrointestinal dan reaksi alergi.
9.    Amoniumklorida
Obat ini bersifat asam, ammonium klorida jarang digunakan sendiri sebagai ekspektoran tetapi biasanya dikombinasi dengan dengan ekspektoran lain atau antitusif . ammonium klorida dalam dosis besar dapat menyebabkan acidosis metabolik, yaitu kelebihan asam dalam darah. Keasaman darah merangsang pusat pernapasan sehingga frekuensi napas meningkat dan gerakan bulu getar (cilia) disaluran napas di stimulasi sehingga sekresi dahak meningkat. Maka senyawa ini sering digunakan dalam sediaan sirop batuk.
Efek samping terjadi pada dosis tinggi berupa acidosis dan gangguan lambung, seperti mual dan muntah karena sifatnya yang merangsang mukosa. Dosis yang diberikan 3-4 kali sehari 100-150 mg. Maksimum 3 g sehari.
10.    Gliceryl Guaiacolat
Penggunaan obat ini hanya didasarkan kesan subjektif pasien dan dokter. Efek samping obat yang timbul pada dosis besar berupa kantuk, mual dan muntah. Dosis yang dianjurkan 2-4 kali sehari 200-400 mg.
11.    Guaifenesin
Guiafenesin merupakan derivat guaiakol yang banyak digunakan sebagai ekspektoran dalam bermacam-macam sediaan batuk. Pada dosis tinggi bekerja merelaksasi otot. Dosis yang dianjurkan 4-6 kali sehari 100-200 mg.

4.2.2    Obat-obat Batuk yang Dianalisis di Apotek Asri
A.    Ambroxol (Lapimuc, efexol drop, mucopect drop)
1.    Indikasi
Untuk penyakit saluran pernapasan aktif dan kronis yang disertai dengan sekresi bronkial yang abnormal, terutama dalam keadaan bronkitis kronik, bronkitis asmatik, asma bronkial yang memburuk.
2.    Cara Kerja
a.    Memperlancar pengeluaran sekret yang kental darikelenjar mukosa dalam saluran pernapasan  sehingga melegakan pernapasan.
b.    Mengurangi batuk dan volume dahak sehingga sekresi lendir akan menjadi normal kembali.
3.    Efek Samping
Gasintrostinal yang ringan dann reaksi alergi.
4.    Kontraindikasi
Penderita yang hipersensitif terhadap ambroxol.

B.    Dextrometorphan HBr (lacoldin)
1.    Indikasi
Meringankan gejala-gejala flu seperti demam, sakit kepala, hidung tersumbat, dan bersin-bersin yang disertai batuk.
2.    Cara Kerja
Dextrometorphan merupakan antitusif non narkotik penekan batuk non opiate yang bekerja secara sentral dengan jalan meningkatkan ambang rangsang refleks batuk. Dextromethorphan disbsorpsi dengan baik melalui saluran cerna, dimetabolisme dalam hati dan diekskresi melalui ginjal dalam bentuk tidak berubah ataupun bentuk demilated morfinon.
3.     Efek Samping
a.    Mengantuk, gangguan pencernaan, gangguan psikomotor, takikardia, aritmia, dan mulut kering.
b.    Penggunaan jangka panjang dapat menyebabkan kerusakan hati.

4.     Interaksi Obat
Penggunaan bersama antidepresan tipe penghambat MAO dapat mengakibatkan hipertensi
C.    Guaifenesin (Comtusi, lasal)
1.    Indikasi
Untuk meringankan gejala batuk karena alergi dan batuk berdahak.
2.    Cara Kerja
Bekerja dengan membantun mengeluarkan dahak dengan cara mencairkan sekret bronkhi.
3.    Efek Samping
a.    Mengantuk, pusing, sakit kepala, mual, muntah dan diare.



4.    Dosis
Dewasa dan anak-anak dengan berat badan lebih dari 40 kg (umur > 12 tahun) 4 kali sehari 2 sendok takar (10 ml).

D.    Glyceryl Guaiacolate(Transpulmin)
1.    Indikasi
Pengobatan simptomatik batuk yang produktif akibat alergi atau etiologi lainnya.
2.    Cara Kerja
Mencairkan mukus yang kental dan dengan mudah dikeluarkan melalui batuk.
3.    Efek Samping
Menyebabkan mengantuk, pusing, mulut kering, penglihatan kabur, muntah, keresahan, insomnia dan takikardia.
4.    Dosis
Dewasa dan anak diatas 12 tahun : 3-4 kali sehari 2 sendok takar.
Anak-anak 6-12 tahun : 2-3 kali sehari, 2 sendok takar
Anak-anak 2-6 tahun : 2-4 kali sehari, 2 sendok takar


E.    Codein
1.    Indikasi
Antitusiv, analgetik,
2.    Cara Kerja
Codeinmerupakan analgesic agonisopoid.Efekkodeinterjadiapabilakodeinberikatansecaraagonisdenganreseptoropiod di berbagaitempat di susunansarafpusat.Efek analgesic codeintergantungafinitascodeinterhadapreseptor opioid tersebut.Codeindapatmeningkatkanambang rasa nyeridanmengubahreaksi yang timbul di korteksserebripadawaktupersepsinyeriditerimadari thalamus.Codeinjugamerupakanantitusiv yang bekerjapadasusunansarafpusatdenganmenekanpusatbatuk.
3.    EfekSamping
a. Dapatmenimbulkanketergantungan
b. Mual, muntah, idiosintrasi, pusingdansembelit
c. Depresipernapasanterutamapadapenderitaasma
d. Depresijantungdansyok
4.    Dosis
Dewasa : 10-20 mg, tiap 4-6 jam sesuaikebutuhan, maksimum 60 mg/hari
Anak : 6-12 tahun 5-10 mg, tipa 4-6 jam maksimum 60 mg/hari
Anak : 2-6 tahun 1 mg/kg BB/hari dalam dosis terbagi, maksimum 30 mg/hari. Sebagai antitusiv tidak dianjurkan untuk anak dibawah 2 tahun.

4.2.1    Tabel Obat Batuk di Apotek Asri

No   
Nama Obat   
Bentuk Sediaan
1
    Ambroksol    Tablet
Drop
2    Dextrometorphan    Tablet
Syrup
3    Guaifenesin    Syrup
4    GlycerylGuaiacolate    Syrup
5    Codein    Tablet

4.2.2    Tabel Penggunaan Obat Batuk Selama Bulan Juli 2012
No    NamaObat    Bentuk Sediaan    Banyak Obat Yang Keluar    Persentase

1   
Ambroxol    Tablet    2093    85, 60 %
        Syrup    -    -
        Drop    1    100 %

2   
Dextromethorphan    Tablet    132    5, 39 %
        Syrup    72    21, 8 %
        Drop    -    -

3   
Guaifenesin    Tablet    -    -
        Syrup    258    56, 93 %
        Drop    -    -

4   
GlycerylGuaiacolat    Tablet    -    -
        Syrup    70    21, 2 %
        Drop    -    -

5   
Codein 10 mg    Tablet    58    2, 37 %
        Syrup    -    -
        Drop    -    -

6   
Codein 20 mg    Tablet     162    6, 62 %
        Syrup     -    -
        Drop    -    -

4.2.3 Grafik Penggunaan Obat Batuk Selama Bulan Juli 2012







4.3    Pembahasan
Dari data tersebut dapat diketahui bahwa obat batuk sediaan tablet yang paling banyak keluar adalah Ambroxol dengan persentase 85,60 %, hal ini dikarenakan ambroxol secara farmakologi termasuk golongan mukolitik yang efektif untuk batuk berdahak dengan mekanisme kerja merombak viscositas secret sehingga pengeluaran dahak akan dipermudah. Serta efek samping yang relative ringan yaitu berupa gastrointestinal yang dapat dicegah dengan diberikan sesudah makan dan efek samping lainnya yaitu berupa reaksi alergi. Selanjutnya obat batuk yang banyak keluar adalah Codein 20 mg dengan persentase 6,62 %, obat ini sering digunakan untuk meredakan batuk dan untuk menghilangkan rasa sakit dengan mekanisme kerja menekan rangsangan batuk di pusat batuk yang terletak di sum sum lanjutan dan mungkin juga bekerja terhadap saraf yang lebih tinggi dengan efek menenangkan. Serta efek samping yang sering terjadi berupa obstipasi, mual muntah, pusing, dan termangu-mangu, pada anak kecil dapat terjadi konvulsi dan depresi pernapasan. Dosis yang biasa diberikan 10-20 mg. Setelah itu di ikuti oleh Dextromethorphan dengan persentase 5,39 % yang merupakan derivate fenantren dengan menekan pusat batuk di otak. Dextromethorphan sering digunakan untuk batuk kering atau tidak berdahak serta efek samping obat yang relative ringan dibanding dengan codein yaitu berupa gangguan lambung usus, nyeri kepala, dan mengantuk. Sedangkan untuk guaifenesin dan glicerylguaiacolat tidak keluar karena di Apotek Asri hanya tersedia syrup.

Untuk obat batuk sediaan syrup yang paling banyak keluar dilihat dari data diatas adalah Guaifenesin dengan persentase 56,39 %, ini dikarenakan guaifenesin merupakan golongan ekspektoran derivate guaiacol yang efektif untuk batuk berdahak dengan mekanisme kerja mencairkan secret di bronchi. Efek samping obat ini relative ringan yaitu berupa sakit kepala, mual muntah, serta diare. Selanjutnya obat yang banyak keluar adalah dextromethorphan dengan persentase 21,8 %, yang efektif untuk batuk kering atau tidak berdahak sebagaimana telah dijelaskan sebelumnya dengan mekanisme kerja berdasar peningkatan ambang rangsang batuk di otak. Sedangkan obat dengan persentase paling kecil adalah glicerylguaiacolat yaitu 21,2 %. Obat ini efektif untuk pengobatan simptomatif batuk yang produktif dengan mekanisme kerja mencairkan mucus yang kental sehingga dapat dikeluarkan melalui batuk.
Obat batuk sediaan drop yang terdapat di Apotek Asri adalah ambroxol, sedangkan untuk obat yang lainnya tidak tersedia dalam sediaan drop.
4.4    Kesimpulan
Dari pembahasan tersebut dapat disimpulkan bahwa obat batuk sediaan tablet yang paling banyak keluar adalah Ambroxol, untuk sediaan syrup yaitu guaifenesin, sedangkan untuk sediaan drop ialah Ambroxol
 

Blogger news

Blogroll

About